Jangan Asal Diagnosa, Ini Penjelasan Panic Attack dari Ahli

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Rabu, 19/01/2022 19:19 WIB
Foto: Ilustrasi (Designed by Jcomp / Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Panick attack atau serangan kepanikan merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang perlu diwaspadai. Secara umum, panic attack adalah kondisi ketakutan intens yang datang tiba-tiba dan memicu reaksi fisik tertentu meski sebenarnya tidak ada bahaya atau penyebab yang jelas.

Mengutip University of Michigan Health, orang yang mengalami panic attack akan merasa dirinya seperti mendapat serangan jantung atau akan mati. Serangan ini biasanya berlangsung selama 5 hingga 20 menit, meski bisa juga berlangsung lebih lama hingga hitungan jam. Kondisi ini lebih banyak dialami wanita ketimbang pria. 


Mengalami panic attack bisa sangat menakutkan dan mengganggu aktivitas Anda sehari-hari. Meskipun tidak mengancam jiwa, gangguan tersebut bisa secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Para ahli belum mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan panic attack. Yang jelas, tubuh memiliki respons alami ketika stres atau dalam bahaya. Ketika dalam kondisi tersebut, tubuh akan mempercepat detak jantung, membuat Anda bernapas lebih cepat, dan memberi Anda ledakan energi.

Panic attack biasanya mencakup beberapa tanda atau gejala berikut:

  • Rasa ketakutan akan bahaya yang akan datang
  • Takut kehilangan kendali atau kematian
  • Detak jantung yang cepat dan berdebar-debar
  • Berkeringat
  • Gemetar 
  • Sesak napas atau sesak di tenggorokan
  • Panas dingin
  • Mual
  • Kram perut
  • Nyeri dada
  • Sakit kepala
  • Pusing, sakit kepala ringan atau pingsan
  • Sensasi mati rasa atau kesemutan
  • Perasaan tidak nyata atau detasemen

Orang yang mengalami panic attack disarankan untuk melakukan konseling, terutama terapi perilaku kognitif (CBT). Obat-obatan juga dapat membantu meredakan gejala. Tetapi gejalanya bisa muncul kembali, terutama jika Anda menghentikan pengobatan terlalu cepat.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Daya Beli Tertekan, Perawatan Diri Tetap Jadi Prioritas