
Gaji Rp55 Juta/Bulan Tapi Keuangan Berantakan, Aku Kudu Piye?
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
10 October 2021 17:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Masalah finansial biasanya terjadi karena pemasukan yang kurang. Namun ternyata ada lho juga yang mengalami masalah finansial saat pemasukan meningkat berkali-kali lipat.
Melansir dari Hai Bunda, Minggu (10/10/2021), baru-baru ini Felicia Putri Tjiasaka melalui channel YouTube pribadinya menceritakan Resya, seorang karyawan swasta, mengaku boros saat gajinya naik mencapai Rp 55 juta dalam sebulan.
"Dia baru saja naik gaji hampir 3x lipat, tapi kok dia jadi boros, ya? Uangnya lari ke mana?," tutur Felicia.
Resya sendiri saat ini berusia 33 tahun dan hanya menanggung diri sendiri. Ia bekerja sebagai handle biro fintech startup di Bekasi. Pendapatannya sendiri berasal dari dua sumber yakni gaji kantor dan usaha yang sedang dirintis.
Dia menjelaskan dari pendapatan utamanya Resya membaginya ke empat pos pengeluaran. Pertama untuk investasi sebesar 30%, cicilan 25%, dan yang paling besar untuk kebutuhan hidup mencapai 45%.
Beberapa target keuangan Resya, pertama ia ingin segera melunasi cicilan rumah atau KPR sebesar Rp 500 juta pada 2025. Kemudian mengalokasikan untuk dana pensiun dan memiliki mobil yang ditaksir dengan harga sekitar Rp 300 juta.
Setelah gaji naik dan merasa punya banyak uang Resya akui dirinya jadi boros. Ini karena kenaikan pendapatannya tak seiring dengan pemahaman soal financial planning.
"Akhirnya banyak di P2P lending, obligasi, saham, kebanyakan portofolio aku tuh di high risk (berisiko tinggi). Tidak menyesuaikan dengan goals (tujuan)," tuturnya.
Pendapat dari Felicia Putri
Dari permasalahan yang dihadapi Resya, Felicya menangkap kenaikan gaji membuat Resya terlalu gampang mengeluarkan uang. Pendapatan yang bertambah justru membuat pengeluarannya ikut membesar.
"Pengeluarannya, 45% untuk biasa hidup itu Rp 25 juta (untuk orang tua Rp 3 juta, utility Rp 2 juta, asuransi Rp 0,5 juta, belanja Rp 5 juta, transportasi Rp 5 juta, dan lain-lain (hedon) Rp10 juta)," tuturnya
"25% cicilan KPR, Rp 14 juta per bulan. Lalu investasi 30% which is hampir Rp 17 juta. Kemudian untuk utang ada Rp 500 juta untuk KPR rumah, yang Resya rencanakan akan lunas dalam tiga tahun (2025). Kemudian aset yang liquid selain properti adalah yang paling banyak itu di P2P lending (Rp160 juta)," lanjutnya.
Kemudian obligasi Rp 15 juta, reksadana Rp 5 juta, dan saham Rp 5 juta. Yang menjadi permasalahan, menurutnya, tabungannya kurang dari Rp 5 juta perbulan. Sementara total asetnya Rp 190 juta, tapi tidak ada dana darurat sama sekali.
Dari hasil catatan ini, Felicya, Alumni President University itu menyarankan beberapa hal berdasarkan pada tujuan keuangan Resya. Menurutnya sangat penting untuk memiliki dana darurat.
"Jadi aku bilang untuk dia usahakan Rp 100 juta dulu di RDPU (reksa dana pasar uang), dan Rp 50 juta dulu di bank dengan rekening terpisah tidak disentuh sama sekali kecuali darurat saja," ungkapnya menyarankan.
Soal investasi, Resya awalnya mematok kurang lebih Rp 17 juta, disarankan menjadi Rp 20 juta dengan memotong alokasi biaya hidup hedon. Lalu bagaimana cara Rp 20 juta tersebut memenuhi tiga tujuan Resya?
"Untuk Resya dapat meraih ketiga mimpinya (lunasi KPR, dana pensiun, dan beli mobil), sekarang dia punya uang untuk ditabung sebesar Rp 20 juta perbulan," jelasnya.
Dana darurat dia menekankan untuk dibangun karena super penting yakni Rp 10 juta perbulan, Rp 7 juta di RDPU, dan Rp3 juta di bank. Karena dia butuh dana darurat Rp 200 juta, artinya dia perlu 20 bulan atau hampir 2 tahun untuk mencapainya.
Tujuan selanjutnya melunasi KPR, mulanya Resya membayar Rp 14 juta untuk rumahnya dengan target lunas pada 2025. Kemudian, Felicia sarankan agar ia menambah Rp 6 juta perbulan sehingga menjadi Rp 20 juta, sehingga KPR tersebut bisa lunas lebih cepat hingga 2-3 tahun pada 2023.
Terakhir soal dana pensiun, Felicia juga memberi saran yang mudah. Resya ungkap bahwa ia akan pensiun di usia 50 tahun. Nantinya, dalam sebulan ia memiliki pengeluaran sebesar Rp10 juta.
"Di umur 50, dia butuh aset Rp 6,8 miliar. Dia target return investasinya 14% per tahun dan ini bisa banget tercapai dengan P2P dia sekarang. Dengan begitu, dia cukup investasi Rp 7,6 juta per bulannya. Sisanya sekitar Rp 5 juta dia bisa top up terus ke P2P lending," sambungnya.
Berita selengkapnya >>> Klik di sini
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rela Digaji Kecil, Ancelotti Jadi Pelatih Real Madrid Lagi
Most Popular