Meski Pandemi, Hong Kong Tetap Jadi Kota Termahal bagi Ekspat

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
15 December 2020 17:05
Hong Kong (REUTERS/Bobby Yip)
Foto: REUTERS/Bobby Yip

Jakarta, CNBC Indonesia - Berdasarkan survei biaya hidup ECA International 2020, Hong Kong sekali lagi dinobatkan menjadi kota termahal di dunia untuk pekerja asing (ekspatriat). Pusat keuangan itu mempertahankan status mahal, bahkan ketika pandemi virus corona dan ketegangan politik membebani biaya sewa kota.

Berada di belakang Hong Kong yakni Tokyo, New York dan Jenewa. Masing-masing juga mempertahankan peringkat keseluruhan mereka di empat besar, tidak berubah dari posisi pada 2019 lalu.

Zurich dan London keduanya melonjak pada daftar tahun ini karena rebound euro dan pound sterling mendorong biaya hidup para profesional luar negeri. Sementara itu Tel Aviv, Israel, Seoul, Korea Selatan, San Francisco dan Yokohama, Jepang semuanya mencatat biaya hidup stasioner atau turun sepanjang tahun.

Berikut 10 lokasi termahal teratas untuk ekspatriat secara global:

1. Hong Kong

2. Tokyo, Jepang

3. New York, Amerika Serikat

4. Jenewa, Swiss

5. Zurich, Swiss

6. London, Inggris

7. Tel Aviv, Israel

8. Seoul, Republik Korea

9. San Francisco, AS

10. Yokohama, Jepang

"Hong Kong mahal di banyak area yang kami anggap sebagai bagian dari penelitian kami, tetapi biaya perumahan yang sangat tinggi mendorongnya ke posisi nomor satu," kata Lee Quane, Direktur Regional untuk Asia di ECA International.

"Hal ini terjadi meskipun beberapa harga properti turun pada tahun lalu, sebagai respons terhadap penurunan permintaan akibat pandemi dan ketidakpastian politik yang sedang berlangsung," papar dia.


Eropa Bangkit, Asia Merosot

Laporan biaya hidup tahunan ECA International membandingkan biaya barang sehari-hari, termasuk makanan, transportasi, dan utilitas, di 208 kota di 121 negara dari September hingga September.

Perubahan daftar tahun ini sebagian besar disebabkan oleh fluktuasi mata uang setelah pandemi virus corona, yang memengaruhi daya beli para profesional yang bekerja di luar negeri.

Sementara itu, penguatan euro, pound sterling, dan dolar Australia mendorong peningkatan biaya hidup di masing-masing pasar.

"Dengan euro dan pound rebound tahun ini, biaya hidup meningkat bagi banyak pekerja luar negeri. Faktor-faktor ini juga mendorong banyak kota besar Eropa naik peringkat, dengan London sekarang menjadi lokasi termahal ke-6 di dunia, Paris naik sepuluh peringkat ke peringkat 29, dan Wina dan Munich memasuki 50 besar dunia," kata Quane.

Sementara itu, penurunan dalam mata uang Asia, termasuk baht Thailand, dong Vietnam, dan rupee India, menyebabkan biaya hidup di kota-kota besar masing-masing negara turun drastis untuk ekspatriat. Mumbai, India, sendiri turun 34 peringkat ke posisi 94 secara global.

"Mumbai, menjadi kota termahal di India, jatuh terbesar di Asia karena kombinasi dari rupee yang lemah dan harga sewa yang lebih murah di pasar persewaan ekspatriat kota," kata Quane.

Di tempat lain, ekonomi yang bergantung pada minyak seperti Brasil, Rusia dan Venezuela, terpukul oleh jatuhnya harga minyak dan mata uang lokal, menyeret turun biaya hidup pekerja luar negeri.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gila! Lahan Parkir 1 Mobil di Hong Kong Harganya Rp 18 Miliar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular