Internasional

Mengejutkan! Xi Jinping Dorong Warganya Hamil & Banyak Anak

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
23 November 2020 15:36
A Yi ethnic minority member stands inside his house displaying posters of Chinese President Xi Jinping and his wife Peng Liyuan, in Xujiashan village in Ganluo County, southwest China's Sichuan province, on Sept. 10, 2020. Communist Party Xi’s smiling visage looks down from the walls of virtually every home inhabited by members of the Yi minority group in a remote corner of China’s Sichuan province. Xi has replaced former leader Mao Zedong for pride of place in new brick and concrete homes built to replace crumbling traditional structures in Sichuan’s Liangshan Yi Autonomous Prefecture, which his home to about 2 million members of the group. (AP Photo/Andy Wong)
Foto: AP/Andy Wong

Jakarta, CNBC Indonesia - Istilah 'banyak anak banyak rezeki' rupanya tidak lagi berlaku pada pasangan modern di beberapa belahan dunia saat ini. Dengan kecilnya angka kelahiran saat ini, maka tak heran jika populasi orang tua lebih banyak ketimbang dengan anak-anak.

Menjadi salah satu negara yang mengalami penurunan populasi anak-anak, China berencana memasukkan kebijakan baru untuk mendorong lebih banyak kelahiran dan mengatasi populasi orang tua. Menurut media pemerintah China Daily pada Senin (23/11/2020), kebijakan baru ini dibuat sebagai bagian dari 'rencana lima tahun' 2021-2025.



Para ahli mengatakan nantinya Pemerintah China akan menawarkan dukungan keuangan dan kebijakan yang ekstensif untuk mendorong pasangan memiliki lebih banyak anak. "Kebijakan penduduk yang lebih inklusif akan diperkenalkan untuk meningkatkan kesuburan, kualitas tenaga kerja dan struktur penduduk," kata Yuan Xin, wakil presiden Asosiasi Penduduk China, dikutip dari Reuters.

Sementara, menurut Legal Daily yang mengutip pakar pemerintah, kebijakan untuk menekan pertumbuhan penduduk harus diganti dengan sistem yang dirancang untuk meningkatkan kesuburan. "Untuk secara proaktif mengatasi populasi yang menua, tindakan mendesak diperlukan untuk mereformasi kebijakan keluarga berencana negara kita dan membebaskan kesuburan," kata Zheng Bingwen, pakar dari Akademi Ilmu Sosial China.



Kurangnya populasi anak-anak di China disebabkan oleh kebijakan kontroversial hanya boleh memiliki satu anak pada tahun 1978 silam. Kebijakan ini dilakukan sebagai upaya mengembangkan ekonomi dengan mengurangi kemiskinan akibat pertumbuhan penduduk yang pesat, terutama di pedesaan.

Tetapi pada 2016 lalu, negara terpadat di dunia tersebut memutuskan untuk melonggarkan kebijakan tersebut dan mengizinkan pasangan untuk memiliki anak kedua. Ini untuk mengatasi peningkatan pesat populasi orang tua serta dan berkurangnya angkatan kerja.

Jumlah penduduk berusia 60 atau lebih mencapai 254 juta pada akhir tahun 2019 lalu, terhitung 18,1% dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 300 juta pada tahun 2025 dan 400 juta pada tahun 2035.

Para ahli demografi menyatakan jumlah populasi orang tua yang naik pesat malah memberikan tekanan besar pada kesehatan negara dan sistem perawatan sosial. Mereka juga memperkirakan dengan tren saat ini, jumlah penduduk usia kerja dapat menurun hingga 200 juta pada tahun 2050.

Terlepas dari pelonggaran kebijakan satu anak pada 2016, jumlah kelahiran hidup per 1.000 orang turun ke rekor terendah 10,48 tahun 2019 lalu. Angka ini juga turun dari 10,94 pada 2018.


(sef/sef) Next Article Warga China Ogah Punya Bayi, 'Resesi Seks' Melanda?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular