
Gegara Skandal Kekasih Gelap, Spanyol Mau Jadi Republik?

Jakarta, CNCB Indonesia - Lebih dari 40% orang Spanyol mendukung dibentuknya republik. Ini terjadi menyusul kepergian mendadak mantan raja negeri itu, Juan Carlos ke Uni Emirat Arab sejak Agustus 2020.
Ditulis Reuters, ia pergi karena malu. Terutama dihadapan Raja Spanyol sekarang, Raja Felipe VI, yang merupakan putranya.
Hal itu terjadi pasca-terungkapnya kasus korupsi yang melibatkan raja yang menjabat dari 1975-2014 itu. Ia diduga terlibat penyuapan di proyek kereta api cepat Arab Saudi yang menghubungkan Mekkah dan Madinah, dengan nilai US$ 7,92 miliar (Rp155,8 triliun) yang dimenangkan Spanyol.
Belum lagi kisah asmara pria berusia 82 tahun itu dengan seorang wanita, selain Ratu Sofia yang ia nikahi sejak 1962. Ia disebut memberi hadiah fantastis US$ 100 juta (Rp 1,4 trliun) sebagai tanda cinta ke tambatan hatinya itu.
"Sekitar 40,9% responden mengatakan mereka lebih suka menjadi republik, sementara 34,9% mengatakan mereka mendukung keluarga kerajaan. Dan, 24,2% mengatakan tidak tahu," tulis Platform for Independent Media dikutip Senin (12/10/2020).
Jejak pendapat yang menanyai 3.000 orang itu juga menemukan bahwa 48% warga menginginkan referendum monarki, untuk menentukan nasib lembaga itu. Sedangkan 25% menantang dan 16,1% tidak tahu.
Ini berbeda dengan jajak pendapat media ABC, yang pro kerajaan, di Agustus. Di mana saat itu hanya 33,5% yang mendukung republik dan 56% lain tetap ingin bentuk negara monarki.
Sementara itu Menteri Pertahanan Spanyol Margarita Robles mengatakan monarki adalah bagian penting dari konstitusi. Peraih Nobel asal Peru, Maria Vargas Llosa, yang memiliki kewarganegaraan Spanyol juga memosting dukungannya pada kerajaan.
Kisah Asmara
Sebenarnya hubungan Juan Carlos dengan rakyat Spanyol memburuk di 2012. Menurut BBC International, kala itu kasus liburan Juan Carlos ke Bostwana terbongkar.
Di sana ia berburu dan menembak seekor gajah. Dari sana terungkap bahwa Juan Carlos berhubungan dengan seorang wanita asal Denmark, Corinna zu Sayn-Wittgenstein.
Ia menjadi kekasih Juan Carlos dari 2004 hingga 2009. Agenda ke Bostwana adalah kado untuk merebut hati zu Sayn-Wittgenstein.
Juan Carlos dan zu Sayn-Wittgenstein bertemu di 2004. Saat itu ia mengatakan ke wanita yang tinggal di London itu bahwa dirinya dan Ratu Sofia sudah lama hidup terpisah.
Di 2009 keduanya putus. Masih dikutip dari laman yang sama, zu Sayn-Wittgenstein menyebut Juan Carlos memiliki wanita idaman lain.
Awalnya ia mengira itu adalah Ratu Sofia namun ternyara bukan. "Hati saya hancur," kata zu Sayn-Wittgenstein.
Zu Sayn-Wittgenstein terkait kasus korupsi Juan Carlos. Pasalnya ia menerima kiriman uang dari Juan Carlos, sebesar US$ 100 juta yang diambil dari kiriman Saudi.
Ini diketahui dari penelidikan bank Swiss.
(sef/sef) Next Article 16 Tahun Bela Real Madrid, Sergio Ramos Ucapkan Sampai Jumpa!
