Internasional

Bukan Emas Atau Dolar, Keledai Jadi Aset Paling Berharga

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
18 September 2020 13:38
Keledai (AP Photo)
Foto: Keledai (AP Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emas dan dolar kerap kali dijadikan pilihan investasi oleh berbagai kalangan. Hal itu lantaran kedua aset itu telah terbukti memiliki nilai yang tinggi. Namun, tidak demikian bagi orang-orang Yaman.

Di negara itu, aset yang paling berharga adalah keledai. Bahkan, keledai jadi aset yang lebih berharga dari emas dan dolar sekalipun. Itu dikarenakan keledai bisa sangat membantu warga di tengah krisis bahan bakar dan krisis mata uang yang sedang terjadi di negara itu.



Sebagaimana dilaporkan AFP pada Jumat (18/9/2020), warga Yaman kini lebih banyak menggunakan keledai ketimbang mobil untuk mengangkut air dan barang. Itu karena sebagian besar dari mereka tidak sanggup membeli bahan bakar akibat kekacauan ekonomi yang sudah berlangsung selama lebih dari lima tahun terakhir.

"Semakin tinggi harga bahan bakar dan biaya hidup, semakin banyak permintaan akan keledai," kata Abu Mohammed, salah satu penjual keledai di kota pelabuhan selatan Aden, Yaman.



"Kadang-kadang bensin tidak dapat ditemukan selama dua minggu lamanya," tambah ayah dari sembilan anak itu. "Orang-orang kembali ke metode yang lebih sederhana."

Menurut Mohammed, yang mulai menjadi pedagang keledai setelah kehilangan pekerjaan dua tahun lalu, berbisnis keledai sangatlah menguntungkan. Ia biasa menjual keledai yang dibelinya dari provinsi Abyan dengan harga yang lebih tinggi di wilayah Aden.

"Kami bisa mendapat untung antara 7.000 sampai 8.000 riyal sehari, dan hampir tidak ada biaya [yang dikeluarkan] untuk memberi makan keledai," katanya.

Ia mengatakan, pilihan menjadi penjual keledai dilakoninya karena sulit mendapatkan pekerjaan di Yaman.

"Bagaimana saya bisa memberi makan anak-anak saya dengan biaya hidup yang tinggi? Bahkan jika saya mencari pekerjaan lain, saya tidak dapat menemukannya," katanya.

"Terima kasih kepada Tuhan, dan kemudian kepada keledai, saya memiliki penghasilan."

Meski keledai terbilang bukan hewan "mewah" di banyak negara, namun di Yaman saat ini hanya orang-orang kaya yang bisa memiliki keledai. Sebab, tingginya permintaan akan keledai telah membuat harga hewan itu naik drastis.

"Seekor keledai sekarang harganya antara 70.000 sampai 100.000 riyal, dan orang miskin masih tidak mampu membelinya," kata Mohammed Anwar, ayah tiga anak yang menggunakan keledai untuk mengangkut air.

Kekacauan ekonomi di Yaman merupakan buntut dari konflik yang terjadi antara pemberontak Houthi yang didukung Iran dengan pemerintah negara itu. Para pemberontak telah merebut sebagian wilayah utara Yaman yang diakui secara internasional.

Kekacauan di Yaman juga terjadi karena inflasi yang merajalela, membuat sebagian besar persediaan menjadi langka dan mahal.

Akibat semua kekacauan itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan sebanyak tiga perempat dari 29 juta penduduk Yaman saat ini bergantung pada bantuan. Oleh karenanya, PBB menyebut krisis ini merupakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Menurut laporan, harga satu liter bensin di Yaman sekarang ini mencapai US$ 0,50. Padahal, banyak warga di negara penghasil minyak itu hanya memiliki pendapatan yang rendah, di mana guru berpenghasilan kurang dari US$ 25 sebulan.

Mata uang Yaman juga terus terdepresiasi. Saat ini nilainya lebih dari 800 riyal terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar gelap, jauh lebih lemah dibandingkan dengan 610 riyal per dolar pada bulan Januari.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! Fans Jimin BTS Donasi untuk Anak-anak Myanmar & Yaman

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular