Ahmad Hilmy Almusawa, pemuda 22 tahun penyandang tunanetra meracik kopi pesanan pelanggannya di Mata Hati Koffie di Jalan Cabe, Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (23/07/20). (CNBC Indonesia/Tri Susilo) (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Keterbatasan yang dimilikinya tidak terlihat saat meracik kopi dan melayani pelanggan yang berkunjung ke kedai kopinya. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Mata Hati Koffie menyediakan sejumlah varian minuman dari berbagai jenis kopi. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Ahmad Hilmy Almusawa menggunakan metode jumlah pump untuk mengukur banyaknya jumlah gula yang digunakan meracik segelas kopi. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Lewat bantuan alat timer Ahmad Hilmy Almusawa bisa mengetahui kopi sudah siap keluar dari mesin pembuat kopi. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Kopi racikan Ahmad Hilmy Almusawa di bandrol kisaran harga Rp 10.000 hingga Rp 20.000 per gelas. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Namun, dampak masa pandemi Covid-19 membuat omzet usaha Ahmad Hilmy ini anjlok hingga 70%. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Jika sebelumnya masa pandemi dia bisa mengantongi Rp1 juta per hari, kini hanya menjadi Rp300 ribu per hari. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Barista tunanetra Ahmad Hilmy Almusawa (22) yang masih kuliah di UMJ mengoperasikan mesin pembuat kopi hingga melayani tamu di Mata Hati Koffie, Pondok Cabe. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)