Sebuah acara wisuda di Universitas Politeknik Hong Kong pada Rabu, 30 Oktober 2019 dihiasi oleh topeng Guy Fawkes sebagai bentuk dukungan atas aksi anti-pemerintah yang sudah berjalan selama 4 bulan di wilayah otonom Hong Kong tersebut. (REUTERS/Tyrone Siu)
Aksi ini dipicu saat Kepala Universitas Politeknik Hong Kong, Teng Jin-guang, pada hari Minggu menolak untuk berjabat tangan dengan dua lulusan gelar doktor yang mengenakan masker operasi di atas panggung, selama upacara pemberian gelar tahunan. Reaksi ini menarik perhatian para mahasiswa, yang menuduhnya gagal menghormati orang-orang dengan pandangan politik yang berbeda. (REUTERS/Tyrone Siu)
Sang lulusan yang ditolak untuk berjabat tangan dengan presiden universitas berkata bahwa dia mengenakan masker pada acara wisuda karena dia “merasa tidak sehat”. Seorang juru bicara universitas mengatakan secara khusus dan meminta lulusan untuk tidak memakai topeng atau masker di atas panggung. (REUTERS/Tyrone Siu)
Beberapa lulusan juga mengangkat tangan mereka di atas panggung untuk melambangkan lima tuntutan dalam demonstrasi anti-pemerintah yang sedang berlangsung, sebagai bentuk dukungan untuk siswa yang ditangkap dan untuk memprotes presiden universitas. (REUTERS/Tyrone Siu)
Di luar upacara, sekitar 100 lulusan berpartisipasi dalam aksi protes memakai topeng, banyak dari mereka memakai topeng Guy Fawkes dan berbaris di sekitar kampus untuk menyuarakan ketidakpuasan terhadap manajemen universitas. (REUTERS/Tyrone Siu)
Topeng Guy Fawkes merupakan simbol anti-totaliterisme yang berasal dari penggambaran dari tokoh asli Guy Fawkes atau Guido Fawkes. Guy Fawkes dikenal oleh banyak orang karena Plot Mesiu (Gunpowder Plot) yang ia rencanakan untuk meledakkan Gedung Parlemen di London pada 5 November 1605. (REUTERS/Tyrone Siu)