Curhat Fenessa, Putri Konglomerat Pendiri Museum MACAN

Arina Yulistara, CNBC Indonesia
14 October 2018 13:55
Banyak orang berpikir kehidupan anak yang tajir dari lahir selalu mulus.
Foto: Arina Yulistara/CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Fenessa Adikoesoemo merupakan putri ketiga dari pengusaha Haryanto Adikoesoemo. Meski lahir dari keluarga kaya, ia tak bergantung pada orangtua. Bahkan dalam pencarian dana untuk Yayasan Museum MACAN pun, Fenessa turun tangan sendiri.

Ya, Yayasan Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN), yang diketuai Fenessa, adalah badan non-profit yang bergerak di bidang pendidikan seni. Museum MACAN inisiatif pertama dari Yayasan Museum MACAN.


Cucu dari salah satu orang terkaya Indonesia, Soegiarto Adiekoesoemo, itu bercerita kalau jalannya tak selalu lancar walau banyak uang. Seperti ketika dipercaya sang ayah untuk membangun Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN).

Menurut dia, tidak sedikit rintangan yang dialami, terutama saat akan mencari dana. Ya, Fenessa mengatakan kalau banyak orang bertanya mengapa masih butuh dana mengingat asalnya dari keluarga konglomerat. Kenyataan itu yang membuat Fenessa tidak mudah mendapatkan modal untuk membina Museum MACAN.


"Kenapa kamu butuh dukungan kita padahal kamu bisa dapat bantuan dari AKR Group (perusahaan keluarga)," cerita Fenessa soal salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan kepadanya.

Kepada CNBC Indonesia saat ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu, Fenessa menyebut usia yang baru menginjak 25 tahun kadang membuatnya sering dipandang sebelah mata. 

Faktanya di lapangan, Fenessa perlu bekerja keras untuk mencari dana buat Museum MACAN. Ia menuturkan, memang awalnya Museum MACAN dibangun oleh ayahnya. Kemudian, untuk pengembangan memang direncanakan untuk dipercayakan ke putrinya. Fenessa kemudian mengambil alih dalam pengembangan Museum MACAN

Dalam mencari dana, Fenessa juga ikut terjun langsung. Ia tidak pernah gengsi untuk datang ke berbagai perusahaan agar bisa bekerja sama.

"Kita independen dan berusaha mencari partner dengan banyak pihak seperti UOB Bank, Coca Cola, dan lain sebagainya. Memang aku selalu didik untuk bisa kerja keras oleh orangtuaku," katanya.

Curhat Fenessa: Jadi Anak Crazy Rich tak Selalu MenyenangkanFoto: Infografis/Crazy Rich Teknologi Kehilangan Rp 242 T dalam Sepekan/Aristya Rahadian Krisabella

(miq/miq) Next Article Film Romansa Orang Tajir Asia Rajai Bioskop AS dan Kanada

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular