Biar Gaji 2 Digit, Pekerja Jakarta Tetap Susah Bayar DP Rumah

Arina Yulistara, CNBC Indonesia
16 May 2018 19:52
Kemampuan membeli rumah tak bisa diukur dari penghasilan. Survei Rumah 123 bahkan menunjukkan banyak warga Jakarta susah beli hunian walaupun gaji  'dua digit'.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia- Kemampuan seseorang membeli rumah tak bisa diukur dari penghasilannya. Survei yang dilakukan oleh Rumah 123 bahkan menunjukkan banyak warga Jakarta yang tak bisa membeli hunian walaupun penghasilan mereka sudah 'dua digit'.

Survei yang dilakukan oleh tim Business Intelligent Rumah123 itu turut mengungkap kalau ada beberapa penyebab warga Jabodetabek sulit punya rumah sendiri. Salah satu faktornya adalah tidak mampu membayar DP rumah.



Ketidakmampuan membayar DP tak hanya dialami oleh responden dengan penghasilan di bawah Rp 10 juta. Warga Jabodetabek yang bergaji puluhan juta rupiah pun ternyata mengaku tidak sanggup membayar DP rumah.

Survei yang melibatkan 1.922 responden berusia 22 sampai di atas 45 tahun dengan penghasilan mulai dari Rp 5 juta hingga lebih dari Rp 30 juta itu menunjukkan 43,62% warga Jabodetabek berpenghasilan di atas Rp 10 juta mengaku tidak mampu membayar DP rumah. Tak jauh berbeda dengan hasil tersebut, 43,24% responden dengan gaji di bawah 10 juta juga menuturkan hal serupa.

"Mereka yang memiliki penghasilan bulanan baik di bawah atau di atas Rp 10 juta tetap kesulitan membayar DP. Jadi kurang tepat jika berpikir hanya mereka dengan penghasilan kecil yang kesulitan menyediakan dana untuk pembayaran DP," ujar Country General Manager Rumah123, Ignatius Untung seperti dalam press release yang diterima CNBC Indonesia.

Untung juga mengatakan bahwa golongan responden yang berpenghasilan besar cenderung kesulitan membayar DP karena hutang mereka seperti kartu kredit, memiliki angsuran kredit tanpa agunan (KTA), serta kredit kendaraan bermotor (KKB).

23,46% responden dengan gaji di atas Rp 10 juta mengaku kalau penghasilannya tidak cukup melakukan bayaran bulanan. 19,34% dari mereka juga mengatakan sedang terliling banyak hutang seperti yang tadi disebutkan. Sebanyak 13,58% masih dengan responden berpenghasilan puluhan juta rupiah merasa pekerjaannya belum stabil sehingga menahan untuk beli properti.

Melihat fenomena ini, tak heran bila banyak warga Jakarta yang masih mengandalkan rumah orangtua atau warisan. Bahkan survei yang dilakukan sejak Marei hingga April 2018 itu juga melampirkan data 44,66% responden asal DKI Jakarta masih tinggal di rumah milik orangtua, hasil warisan, atau rumah dinas.

Sementara 35,92% responden DKI Jakarta memilih menyewa tempat tinggal. Hanya 19,42% responden yang mengaku tinggal di rumah milik pribadi hasil pembelian dari uang sendiri. Fenomena berbeda terlihat dari responden asal Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi).

33,89% responden dari wilayah tersebut mengaku masih tinggal di hunian warisan orangtua atau rumah dinas. 23,09% responden memilih kontrak atau kos dan 43,02% warga Bodetabek rupanya sudah memiliki hunian sendiri yang dibeli menggunakan uang pribadi.

Data itu menunjukkan bahwa responden Bodetabek memiliki kemampuan lebih besar dalam membeli properti dibandingkan warga Jakarta. Meski banyak responden DKI Jakarta yang tinggal di rumah berlabel milik sendiri, hunian tersebut didapat dari hasil warisan keluarga.

"Pengakuan tinggal di rumah sendiri, namun rumah tersebut mereka peroleh dari warisan. Bukan dibeli dengan uang mereka sendiri," kata Untung.
(gus) Next Article 7 Langkah Wujudkan Mimpi Punya Rumah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular