Terungkap, Ternyata Ikan Mujair Berasal dari Nama Penemunya Orang Jawa
Jakarta, CNBC Indonesia - Siapa sangka, pria asal Blitar, Jawa Timur berhasil diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa perlu seleksi dan mendapat gaji bulanan tanpa harus bekerja berkat menemukan ikan sakti. Pria asal Blitar itu bernama Moedjair.
Satu hari pada 1936 (menurut sumber lain 1939), dia berkunjung ke Laut Selatan Jawa dan tanpa sengaja menemukan sekelompok ikan ajaib. Sebab, bentuknya aneh belum dilihatnya seumur hidup. Penasaran, Moedjair mengambil lima ekor ikan tersebut dan membawanya pulang untuk dipelihara di kolam air tawar miliknya.
Dalam dunia perikanan, mustahil bagi ikan air asin untuk bertahan hidup di air tawar. Namun, keajaiban terjadi. Ikan misterius itu tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga berkembang biak dengan sangat cepat. Atas dasar inilah, Moedjair menganggap ikan tersebut sakti. Terlebih, dari lima ikan yang dibawa pulang, dua di antaranya berhasil bertelur dan menetas.
Peristiwa ini membuat warga sekitar terheran-heran, hingga kabarnya terdengar oleh pejabat Belanda bernama Schuster.
"Ternyata itu Tilapia mossambica," kata Schuster, dikutip dari Studies on Tilapia Mossambica Peters (ikan Mudjair) in Indonesia (1952).
Tilapia mossambica adalah ikan yang berasal dari Afrika. Tak ada yang tahu bagaimana ikan tersebut bisa sampai ke perairan Indonesia. Namun setelah temuan itu menyebar, masyarakat mulai menaruh ikan tersebut di kolam, tambak, rawa, bahkan akuarium. Menakjubkannya, di semua tempat itu ikan bisa hidup dan tumbuh subur. Dari situlah ikan tersebut kemudian dikenal dengan nama lokal "mujair," diambil dari nama penemunya, Pak Moedjair.
Atas jasanya Moedjair mendapat hadiah Rp 6 per bulan dari pemerintah Belanda. Dia juga diangkat sebagai pegawai negeri tanpa seleksi dan tanpa perlu bekerja. Saat masa pendudukan Jepang tiba, militer Jepang ikut membantu penyebaran budidaya mujair ke berbagai daerah.
Usai masa perang dan memasuki masa kemerdekaan, ikan mujair justru semakin populer. Majalah Landbouwkundig Tijdschrift (Desember 1948) menyebut bahwa ikan mujair menjadi tumpuan baru bagi masyarakat untuk menggantikan budidaya udang dan bandeng yang rusak akibat perang. Ikan mujair yang mudah beradaptasi dan cepat berkembang biak dianggap mampu mendongkrak perekonomian rakyat.
Keberhasilan Moedjair membuatnya dikenal hingga ke mancanegara. Dia menerima banyak penghargaan, termasuk dari Kementerian Pertanian, serta diakui dalam berbagai riset internasional. Dalam buku Tilapia: Biology, Culture, and Nutrition (2006) disebutkan bahwa berkat Moedjair, ikan ini kini tersebar ke Asia, Eropa, dan seluruh kawasan Amerika.
Moedjair meninggal dunia pada 7 September 1957. Namun warisannya tetap hidup hingga kini. Ikan hasil temuannya terus dikonsumsi dan menghidupi jutaan masyarakat di berbagai belahan dunia. Nama ilmiahnya memang Tilapia mossambica, tetapi orang lebih mengenalnya dengan satu nama sederhana yang mengabadikan sang penemu, yakni mujair.
(mfa/mfa) Next Article Sedang Gali Tanah, Bocah SMP Ini Dapat Harta Karun Rp 2,3 M