Penyebab Dukun Santet RI Tak Bisa Bunuh Tentara Israel Terungkap

MFakhriansyah & Aziza Zahwa Layla Madjid, CNBC Indonesia
18 October 2025 15:00
Tentara Israel bekerja di tank di area persiapan di Israel utara dekat perbatasan Israel-Lebanon, Selasa, 1 Oktober 2024. (AP Photo/Baz Ratner)
Foto: Tentara Israel bekerja di tank di area persiapan di Israel utara dekat perbatasan Israel-Lebanon, Selasa, 1 Oktober 2024. (AP Photo/Baz Ratner)
Naskah ini bagian dari CNBC Insight, menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasukan militer Israel masih terus melancarkan serangan brutal terhadap warga Palestina. Aksi tersebut memicu kemarahan publik dunia, termasuk mayoritas warga Indonesia.

Sebagai bentuk solidaritas, berbagai langkah telah dilakukan oleh warga Indonesia. Mula dari aksi demonstrasi, penggalangan bantuan kemanusiaan, hingga upaya diplomasi di berbagai forum internasional. Namun, di tengah semua itu nampaknya ada satu hal yang belum dilakukan, yakni melakukan serangan melalui jalur ghaib.

Dalam budaya Indonesia, praktik spiritual seperti santet atau ilmu ghaib sudah lama dikenal dan dipercaya sebagian masyarakat mampu menimbulkan dampak nyata, bahkan terhadap orang yang jauh sekalipun.

Jika demikian, mengapa para dukun Indonesia tidak "mengirim santet" ke tentara Israel? Bukankah itu bisa menjadi cara alternatif melawan penjajahan?

Pertanyaan ini terdengar nyeleneh, namun menarik untuk dikaji secara rasional. Fenomena kepercayaan terhadap kekuatan ghaib sebenarnya bisa dijelaskan menggunakan pisau analisis antropologi, salah satunya melalui teori dari peneliti Prancis, Claude Levi-Strauss.

Tahun 1949, Levi-Strauss menulis uraian panjang berjudul "Dukun dan Sihirnya."

Dia memulai tulisan dengan memaparkan kejadian empiris di Prancis terkait praktik dukun dan santet atau di sana disebut sihir. Kala itu tak sedikit masyarakat tradisional Prancis percaya penyakit yang menimpa terjadi berkat sihir.

Alhasil, mereka pergi ke dukun sebagai solusi mengatasi penyakit, alih-alih menemui dokter. Biasanya, para dukun akan melakukan berbagai macam ritual. Satu hal paling sering, kata Levi-Strauss, adalah "tukang sihir sering mengisap benda asing lewat mulut dari tubuh pasien".

Di Indonesia, praktik demikian seperti dukun yang mengambil paku melalui telur atau dukun yang bisa mengeluarkan benda asing dari tubuh orang. Akan tetapi, praktik seperti itu menurutnya tak bisa dipercaya.

"Tidak ada alasan untuk meragukan kemanjuran praktek sihir tertentu," tulis Strauss.

Dari sini, Strauss mengungkap alasan kunci di balik efektivitas praktek santet dan ritual dukun, yakni kepercayaan atas tiga unsur yang saling terikat. Pertama, kepercayaan sang dukun atas keefektifan prosedur teknik yang digunakan. Dukun harus punya keyakinan atas kelancaran praktik. Biasanya, dukun akan memberikan berbagai macam cerita agar pasien atau korban percaya.

Kedua, orang sakit atau target sihir harus percaya juga atas praktik dukun. Biasanya, rasa kepercayaan ini muncul berkaitan dengan emosi yang mempengaruhi pikiran. Orang sakit, misalnya, yang pasrah atas penyakitnya tentu tidak punya pemikiran normal untuk memahami masalah. Maka, dia pun lari ke dukun.

Ketiga, harus ada dukungan dari masyarakat atau pihak ketiga yang bisa menambah keyakinan dukun, sehingga bisa mempengaruhi korban atau pasien terkait efektivitas kerja sihir.

Misalkan, X sakit parah dan awalnya tidak percaya dukun dan sihir. Namun, akibat berada di lingkungan yang memercayai dukun dan sihir, maka X ikut-ikutan mempercayai kedua hal magis tersebut. Alhasil, timbul rasa kepercayaan dari X atas praktik dukun dan sihir.

Dari ketiga unsur tersebut, jika satu saja tidak ada, maka sihir tidak akan berhasil. Dukun pun gagal mengobati penyakit atau melakukan serangan santet. Berarti kepercayaan menjadi penting baik di pihak dukun, pasien atau korban, dan masyarakat. Levi-Strauss menyebut ketiga ini sebagai "Kompleks Shaman".

Kembali lagi ke pertanyaan awal:

Kenapa dukun santet RI tak bisa bunuh tentara Israel?

Jika menjawab pertanyaan dengan menggunakan pisau analisis "Kompleks Shaman", maka pertanyaannya apakah tentara Israel nan jauh di sana juga percaya keberadaan dukun?

Artinya, dari ketiga unsur di atas, maka hanya memenuhi unsur pertama dan ketiga. Dukun dan masyarakat Indonesia percaya, tapi tentara Israel (korban santet atau unsur kedua) barangkali tidak percaya. Atas dasar ini, efektivitas santet dan ritual dukun tidak bisa berjalan lancar sebab tidak terdapat korelasi psikoanalisis.

Lagi-lagi perlu diingat bahwa ketiga unsur tersebut harus saling terikat.

"Ketiga elemen dari apa yang kita sebut "Kompleks Syamanistik" itu tidak dapat dipisah-pisahkan," tegas peneliti asal Prancis tersebut.

Jawaban ini juga bisa menjawab pertanyaan serupa, yakni kenapa dukun santet Indonesia tak bisa bunuh orang Belanda di zaman penjajahan ratusan tahun silam. Sebab, satu dari tiga unsur tidak berjalan baik.


(dce)

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular