
Buah Sakti Antipetaka Incaran Eropa, Viral Dimakan Mentah Tiru Leluhur

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam video yang beredar di media sosial baru-baru ini, sejumlah pemengaruh (influencer) tampak terkejut setelah mengetahui buah sukun ternyata bisa dimakan mentah. Mentah dimaksud adalah buah yang sudah matang di pohon, tapi tanpa pengolahan lanjut. Sebagaimana biasa, buah sukun seringnya dijadikan kudapan dengan digoreng atau dikukus terlebih dahulu.
Kini, viral orang-orang langsung memakan buah sukun matang di pohon. Mereka menggambarkan rasanya seperti sedang menyantap es krim, lembut, halus, agak creamy.
Menariknya, kebiasaan itu bukan hal baru. Para pendahulu kita juga pernah menyantap sukun mentah karena pada masa itu teknik pengolahan makanan belum berkembang seperti sekarang.
Sukun sendiri merupakan buah khas tropis yang salah satu lokasi asalnya dari Indonesia. Bukti buah ini sudah lama dikonsumsi bahkan terlihat di relief Candi Borobudur. Relief dari abad ke-8 Masehi itu menggambarkan sukun sebagai salah satu bahan pangan utama masyarakat masa itu.
Popularitas sukun kemudian melejit setelah bangsa Eropa menemukannya. Sejak lama, orang-orang Eropa mengimpikan buah yang bergizi tinggi dan mudah diolah, tetapi sulit diwujudkan karena kondisi iklim tidak memadai. Baru pada era penjelajahan samudra di akhir abad ke-15, impian itu mulai mendekati kenyataan.
Sampai akhirnya, impian tersebut terwujud pada 1686, ketika penjelajah Inggris William Dampier menemukan buah unik ini di Guam.
"Maka, kami menamakannya sebagai breadfruit," tulis Dampier dalam bukunya A New Voyage Round the World (1697).
Dampier menamai buah itu breadfruit (buah roti) karena rasa dan teksturnya menyerupai roti panggang ketika dibakar. Dia menggambarkan sukun sebagai buah yang "sangat lezat, mampu mengatasi kelaparan, serta menyembuhkan penyakit kudis."
Catatan perjalanan Dampier membuat banyak orang Eropa penasaran. Namun rasa ingin tahu itu belum terjawab karena membawa bibit sukun ke Eropa bukan perkara mudah. Seiring waktu, bukan hanya Dampier yang terpukau. Peneliti Belanda Georgius Everhardus Rumphius juga menulis tentang buah ini dalam Herbarium Amboinense (1741).
Saat di Ambon, da menyebut sukun sebagai buah ajaib yang berpotensi menjadi makanan bergizi tinggi dan serbaguna. Alias jadi penyelamat di masa kelaparan.
Meski begitu, selama bertahun-tahun, kisah tentang breadfruit hanya jadi imajinasi Eropa. Sebab sulit untuk membawa bibit buah dari daerah tropis, termasuk Indonesia, ke berbagai negara non-tropis. Hingga akhirnya, pelaut James Cook dan ahli botani Joseph Banks mewujudkan ambisi membawa sukun ke koloni Inggris pada 1775.
Dalam riset berjudul "Grows Us Our Daily Bread: A Review of Breadfruit Cultivation in Traditional and Contemporary Systems" (2019), disebutkan Banks yakin sukun memiliki manfaat besar bagi manusia. Dia pun meminta Raja Inggris George III agar mengizinkan penanaman sukun di wilayah koloni sebagai bahan pangan bagi para budak.
Permintaan itu dikabulkan. Sejak saat itu, bibit sukun dibawa dan ditanam di berbagai wilayah. Mulai dari Karibia hingga Amerika Tengah. Dari sana, pohon sukun kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk Afrika dan Asia.
Super Food dari Tropis
Awalnya, klaim soal khasiat sukun hanya berdasar pengalaman empiris. Namun seiring waktu, berbagai riset modern membuktikan, sukun memang kaya nutrisi.
Departemen Kesehatan Amerika Serikat mencatat sukun mengandung vitamin C, kalium, dan magnesium dalam jumlah besar. Buah ini juga tinggi serat, rendah lemak, dan rendah gula. Tak heran, banyak peneliti kini menyebut sukun sebagai superfood.
Selain bergizi tinggi, sukun juga mudah ditanam, cepat berbuah, dan tahan terhadap cuaca ekstrem. Semua keunggulan ini menjadikannya kandidat kuat sebagai solusi menghadapi ancaman krisis pangan global.
Tindakan para pemengaruh menyantap sukun bak nenek moyang kita diharapkan bisa mengangkat popularitas buah tersebut agar bisa disantap banyak orang. Meski belum ada pernyataan resmi yang menyebut mengonsumsi buah sukun tanpa dimasak berbahaya atau tidak. Yang pasti, buah sukun memiliki getah, sehingga disarankan tidak mengonsumsi buah sukun yang masih mentah tanpa diolah lanjut.
(mfa/mfa)
