Menlu RI Ini Jadi Sorotan Orang Asing, Disebut 'Kambing'
Jakarta, CNBC Indonesia - Siapa sangka, Menteri Luar Negeri Indonesia pernah disorot oleh Perdana Menteri Belanda dan orang asing bukan karena skandal, tapi karena sikap hidupnya yang begitu sederhana dan layak diacungi jempol. Sosok itu adalah K.H. Agus Salim.
Agus Salim dikenal sebagai diplomat ulung sekaligus Menteri Luar Negeri RI pada 1947-1948. Dia menjadi tokoh kunci dalam diplomasi Indonesia di panggung dunia pasca-proklamasi.
Dalam tugasnya, dia aktif berkeliling ke berbagai negara untuk memperjuangkan pengakuan kedaulatan Indonesia. Kepiawaiannya dalam berbahasa asing dan berdiplomasi membuatnya disegani banyak pihak, termasuk para tokoh asing.
Namun, yang membuat dunia terkesan bukan hanya kecerdasannya, melainkan juga kesederhanaan hidupnya. Di saat diplomat lain tampil necis dengan jas dan sepatu mengilap, Agus Salim justru tampil apa adanya.
Dia tidak pernah berusaha tampil mewah. Bahkan saat menghadiri acara resmi kenegaraan.
"Jas yang dia kenakan dalam acara-acara resmi sering kali terlihat kumal dan topi yang dia pakai pun bukan barang baru," ungkap buku Agus Salim: Peran dan Sumbangsihnya bagi Indonesia (2024).
Kesederhanaan itu bukan karena tak mampu, melainkan pilihan hidup. Selama menjabat, Agus Salim tidak memiliki rumah pribadi.
Dia hidup berpindah-pindah. Kadang, ia menumpang dan menyewa rumah sederhana bersama keluarganya.
Sikap ini membuatnya disorot oleh banyak pihak asing. Termasuk diplomat dan Perdana Menteri Belanda Willem Schermerhorn, yang kagum sekaligus heran melihat gaya hidupnya.
Dalam catatannya Het Dagboek van Schermerhorn (1946), sang PM menulis: "Orang tua yang sangat pintar ini, seorang jenius dalam bidang bahasa, bicara, dan menulis dengan sempurna, menguasai paling sedikit sembilan bahasa. Dia hanya memiliki satu kelemahan, yaitu selama hidupnya melarat."
Selain disebut melarat, pria kelahiran 8 Oktober ini juga pernah dijuluki "kambing" oleh wartawan sekaligus penyair Belanda, Jef Last. Julukan itu muncul setelah Last menyaksikan peristiwa unik saat Salim berpidato di hadapan para pemuda.
Kala itu, sebagian hadirin yang merupakan lawan politiknya memberi ejekan dengan suara kambing, yakni "mbek, mbek, mbek". Mereka berkata demikian sebab Salim punya janggut panjang mirip kambing.
Alih-alih marah, Agus Salim menanggapinya dengan cerdas dan jenaka. "Tunggu sebentar. Sungguh menyenangkan, kambing-kambing pun datang ke ruangan ini untuk mendengar pidato saya," tutur Agus Salim dikutip dari Haji Agus Salim (1884-1954): Tentang Perang, Jihad, dan Pluralism (2004).
Bagi Salim, mereka bersuara kambing karena tidak mengerti bahasa manusia. Atas dasar inilah, sosok yang dijuluki The Grand Old Man ini meminta para pendengar keluar ruangan untuk makan rumput. Barulah setelah selesai, mereka akan ditemui kembali.
"Setelah pidato saya selesai, saya akan berbicara dalam bahasa kambing untuk mereka," terang Salim.
Sontak, ruangan hening. Para hadirin yang semula mengejeknya justru tertunduk malu.
Dari sanalah muncul ungkapan dari Last bahwa Agus Salim menguasai "bahasa kambing". Ini bukan karena benar-benar bisa berbicara dengan hewan, tapi karena kecerdasannya menundukkan ejekan dengan cara yang elegan dan bermartabat.
Kiprah pria kelahiran 8 Oktober ini sebagai Menlu RI berakhir pada 1948. Namun, setelahnya dia masih tetap aktif di dunia diplomasi membela Indonesia sampai wafat pada 4 November 1954.
Dia kemudian dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata dan menjadi orang RI pertama yang terbaring di sana, meski belum berstatus pahlawan. Barulah pada tahun 1967, dia ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
(mfa/șef)