Ketakutan Dubes AS di RI

Dubes AS Tolak Ajakan Presiden RI ke Lokasi Ini, Takut Kutukan Maut

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
Senin, 07/07/2025 12:25 WIB
Foto: Pantai Pelabuhan Ratu. (detikcom)
Dafar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Ternyata ada satu lokasi di Indonesia, yang hanya berjarak 127 km dari Jakarta, yang membuat Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia tahun 1965 ketakutan.

Dia adalah Marshall Green. Dia selalu menolak mendatangi tempat tersebut karena percaya akan kutukan mematikan yang bisa membuatnya kehilangan nyawa. 

Ketakutan ini menunjukkan tak semua orang Barat berpikir logis. Ada juga yang percaya kutukan dan hal-hal mistis. Padahal, semuanya sudah ada penjelasan ilmiahnya. 


Bagaimana bisa?

Ketakutan yang dirasakan Marshall Green sebenarnya juga dialami oleh banyak orang di Indonesia. Ketakutan itu dipicu cerita turun temurun mengenai Nyi Roro Kidul. Seperti diketahui, Nyi Roro Kidul selalu dikaitkan dengan cerita mistis di pantai sepanjang selatan Jawa, termasuk Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Cerita-cerita mistis dan cenderung mitos ini dikaitkan dengan berbagai kejadian di pantai selatan Jawa, salah satunya larangan berpakaian hijau jika hendak berwisata ke pantai selatan. 

Inilah yang kemudian jadi akar ketakutan Marshall Green, hingga selalu menolak diajak Presiden Soekarno ke Pelabuhan Ratu.

Ceritanya begini.

Sebagai kepala perwakilan diplomatik di Indonesia, Green sering diajak Presiden Soekarno (1945-1966) ke Pelabuhan Ratu, Sukabumi.

Soekarno ingin mengajak Duta Besar AS itu mengunjungi tempat peristirahatan presiden yang menghadap langsung ke Samudera Hindia. Soekarno memang sering melepas penat di sana. Berlibur di tengah padatnya kesibukan kenegaraan.

Meski niat Soekarno baik, Green selalu maju mundur tiap kali diajak. Penyebabnya, mitos Nyi Roro Kidul.

Pelukis Nyi Roro Kidul, Basoeki Abdullah, dalam Basoeki Abdullah: Sang Hanoman Keloyongan (2023), menceritakan, tahun 1965 ada pejabat tinggi dari kedutaan Bulgaria yang tewas terseret arus ombak di Pantai Pelabuhan Ratu.

"Ternyata, pejabat itu mengenakan pakaian dalam yang semuanya berwarna hijau," kenang pelukis tersebut. 

Green yang semula tak percaya mitos kutukan seperti itu mendadak panik. Dia mulai berpikir, tanpa perlu berpakaian hijau, dirinya mungkin sudah cukup mengundang bahaya. 

Sebab, namanya adalah Green yang dalam bahasa Indonesia berarti hijau. Disebut-sebut, hijau merupakan warna kesukaan Nyi Roro Kidul. Makanya, dia selalu ogah berlibur ke Pantai Selatan Jawa, khususnya Sukabumi, sekalipun diajak langsung oleh orang nomor satu di Indonesia. 

Nyi Roro Kidul Benaran Ada?

Duta Besar AS yang jadi saksi mata kekacauan politik Indonesia tahun 1965-1966 itu barangkali tidak memahami asal-usul Nyi Roro Kidul. Padahal, cerita tentang Nyi Roro Kidul dan segala mitos yang menyertainya, ada penjelasan ilmiahnya.

Kisah tentang sang ratu laut diciptakan oleh Kerajaan Mataram setelah kekalahan mereka dari Belanda dalam pertempuran di pesisir utara Jawa. Akibat kekalahan itu, Mataram kehilangan wilayah Pantai Utara yang saat itu menjadi jalur penting perdagangan internasional.

Untuk menyiasati keadaan dan sekaligus menakut-nakuti Belanda, Mataram menciptakan narasi tentang Nyi Roro Kidul. Bahwa Pantai Selatan tak bisa ditaklukkan karena dikuasai oleh sosok gaib nan sakti, yakni sang Ratu Laut Selatan.

Narasi ini sekaligus menjadi simbol Kerajaan Mataram belum benar-benar kalah. Alias masih eksis, setidaknya di wilayah selatan.

"Untuk menutupi kehilangan tersebut, pujangga Jawa menciptakan Dewi Laut Nyi Roro Kidul sebagai selimut, bahwa Mataram masih menguasai laut di Samudera Hindia," kata Sastrawan Pramoedya Ananta Toer dalam Sastra, Sensor, dan Negara (1995).

Narasi ini diperkuat dengan penciptaan mitos larangan berpakaian hijau. Hijau sebenarnya warna yang kala itu identik dengan seragam militer Belanda. Ini bertujuan agar tercipta simbol perlawanan dan menjaga identitas Mataram.

Dari sini, Mataram sukses mengukuhkan kekuasaan di Pantai Selatan. Mitos tersebut lantas dipercaya masyarakat sampai sekarang, termasuk oleh Dubes AS Marshall Green. 

Lantas, jika hanya mitos, apa sebenarnya penyebab meninggalnya diplomat asal Bulgaria tahun 1965 yang membuat Marshall Green ketakutan?

Penelitian kontemporer menyebut penyebab utama kematian para perenang di Pantai Selatan Jawa, termasuk di kawasan Pelabuhan Ratu, adalah rip current, bukan hal-hal mistis seperti mitos Nyi Roro Kidul.

Rip current adalah arus laut kuat yang bergerak dari pantai menuju ke tengah laut. Arus ini terbentuk akibat pertemuan ombak yang sejajar dengan garis pantai dan kembali ke laut melalui celah sempit di antara gelombang.

Sebuah studi dari Universitas Diponegoro berjudul "Studi Rip Current di Pantai Selatan Yogyakarta" (2015) menyebutkan morfologi atau bentuk fisik pantai di kawasan selatan Jawa sangat memungkinkan terjadinya rip current.

Mayoritas pantai di wilayah ini memiliki kemiringan yang curam serta dasar laut yang langsung dalam. Kondisi tersebut memicu terbentuknya arus balik yang kuat dan berbahaya.

Inilah alasan mengapa banyak orang yang berenang terlalu jauh dari pantai bisa dengan mudah terseret arus ke laut lepas dan kemudian menghilang, termasuk mungkin dilakukan oleh salah satu diplomat Belgia tahun 1965.

Dengan demikian, fenomena tersebut bukan akibat kutukan, melainkan murni fenomena alam. 

Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu. Lewat kisah seperti ini, CNBC Insight juga menghadirkan nilai-nilai kehidupan dari masa lampau yang masih bisa dijadikan pelajaran di hari ini.


(mfa/mfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global


Related Articles