Belajar dari Manusia Rp1.900 T, Kaya karena Dengar Nasihat Ayah & Guru
Jakarta, CNBC Indonesia - Nama Mukesh Ambani jadi perbincangan akhir-akhir ini usai mengadakan pesta super mewah di pernikahan anaknya, Jumat (5/7/2024). Tak tanggung-tanggung, dia mengundang langsung penyanyi asal Kanada, Justin Bieber, dengan merogoh kocek US$ 10 juta atau Rp162 miliar.
Uang segitu mungkin tergolong kecil bagi Ambani. Sebab, dia sendiri punya harta kekayaan US$ 122,4 miliar atau setara Rp1.900 triliun (Forbes, 2024). Harta sebesar itu diperoleh Ambani dari bisnis petrokimia, minyak dan gas, telekomunikasi, ritel, dan jasa keuangan.
Akan tetapi, kesuksesan Ambani hari ini barangkali tak bisa terwujud kalau dirinya tak mengikuti nasihat orang tua, baik itu orang tua biologis atau orang tua di sekolah alias guru.
Bagaimana ceritanya?
Mukesh Ambani yang lahir pada 19 April 1957 berasal dari kelas menengah yang mampu. Bapaknya, Dhirubhai Ambani, adalah pedagang rempah-rempah dan tekstil di India.
Berkat usaha ini ekonomi keluarga terbilang cukup baik. Di bawah balutan kesederhanaan, keluarganya punya tempat tinggal mumpuni dan tak pernah kesulitan uang. Keistimewaan pemberian keluarga ini lantas dimanfaatkan Ambani untuk serius bersekolah di setiap jenjang pendidikan.
Dia tercatat berhasil menyelesaikan sekolah dari pendidikan rendah hingga pendidikan tinggi. Bahkan, dia bisa berkuliah di luar negeri. Tercatat, Mukesh Ambani pernah kuliah bisnis di Standford University, Amerika Serikat, pada akhir 1970-an. Semua itu dilakukan sebab orang tuanya memberinya kebebasan menjalani hidup.
Akan tetapi, di tengah jalan mimpi Ambani meraih pendidikan setinggi mungkin kandas. Alasannya karena permintaan ayah. Sebagaimana dicatat A.K Gandhi dalam A Complete Biography of Mukesh Ambani (2022), diketahui sang ayah lama-lama agak kurang senang dengan keputusan anaknya terus menerus bersekolah.
Saat itu bisnis ayahnya, Reliance Industries, sudah berjaya. Dia menganggap durasi lama bersekolah agak kurang penting. Baginya, "kehidupan nyata diperoleh dari kenyataan pahit dan pengalaman hidup. Bukan dari bangku sekolah."
Atas dasar inilah, Ambani diminta pulang kampung ke India untuk membantunya berbisnis. Kebetulan, sang Ayah sedang giat-giatnya ekspansi bisnis. Dia bisa-bisa saja mengejar mimpinya sendiri lewat kuliah di Stanford. Tapi, Ambani termasuk anak yang penurut dan sangat menghormati ayahnya.
Dia akhirnya pulang kampung dan rela meninggalkan cita-citanya untuk menjadi lulusan kampus Amerika Serikat.
"Sekembalinya ke India pada 1981, Ambani ditugaskan di Rasikbhai Meswani, salah satu anak perusahaan dan menjadi bos," tulis A.K Ghandi.
Selama menjadi bos, Ambani diketahui mendobrak beberapa etos perusahaan yang dibuat ayahnya, tapi dinilai ketinggalan zaman. Ini bisa terjadi karena Ambani sudah terpapar cara memimpin usaha dari bangku perkuliahan.
Dalam biografinya, pria kelahiran Yaman itu mengaku bahwa dalam menjalani bisnis dia terpengaruh oleh ucapan dua gurunya, yakni William F. Sharpe dan Man Mohan Sharma. William merupakan ekonom Stanford yang di tahun 1990 meraih nobel ekonomi. Sedangkan Sharma adalah insinyur ternama di Insititute of Chemical Technology, Mumbai.
"Keduanya mendorong selalu berpikir out of the box apapun yang terjadi," ungkap Ambani.
Pada akhirnya, nasihat-nasihat dari kedua orang tua di rumah dan di sekolah itu membuahkan hasil. Barangkali, jalan sejarah akan berbeda jika Ambani tetap ngotot kuliah di Stanford. Tahun-tahun berikutnya jadi masa keemasan Ambani. Dia benar-benar naik daun. Caranya memimpin perusahaan membuat Reliance Industries makin berjaya sampai sekarang.
(mfa/sef)