CNBC Insight

Bukan Cuma Belanda, Negara Kolonial Ini Juga Bangun Istana di RI

M. Fakhriansyah, CNBC Indonesia
Rabu, 14/08/2024 12:00 WIB
Foto: CNBC INDONESIA

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung Istana Kepresidenan di Jakarta dan Bogor yang merupakan bekas warisan zaman kolonial.

Para Gubernur Jenderal Hindia Belanda, seperti Pieter Gerardus van Overstraten dan GW Baron van Imhoff, disebut Jokowi sebagai penghuni lama Istana Kepresidenan. Atas dasar ini, dia ingin Indonesia memiliki gedung Istana Negara yang dibangun oleh anak bangsa sendiri. Seperti yang terjadi pada Istana Ibu Kota Negara di Nusantara, Kalimantan Timur. 

Meski begitu, ternyata di Jakarta ada pula istana yang dibangun bukan oleh pemerintah kolonial Belanda, melainkan pemerintah kolonial Prancis. Nama istana itu adalah De Witte Huis (Istana Putih) Daendels. 


Istana Putih dibangun pada 7 Maret 1809 saat Herman Willem Daendels berkuasa.

Perlu diketahui, kekuasaan Daendels di Indonesia menandai dimulainya penjajahan Prancis di Indonesia sekalipun secara tidak langsung. Kala itu, Belanda sedang berada di bawah kekuasaan Prancis.

Alhasil, seluruh koloni Belanda, termasuk Indonesia, menjadi milik Prancis. Untuk mengurusi Indonesia, Kaisar Napoleon Bonaparte memerintahkan Daendels membereskan administrasi dan menata pertahanan perang di Indonesia. Kekuasaan Daendels di Indonesia cukup singkat. Hanya 4 tahun, dari 1808 sampai 1811.

Istana Putih sebagai salah satu jejak kekuasaan Daendels. Dia membangun istana baru supaya bisa menggantikan istana lama yang berada di Weltevreden. Dia lantas memerintahkan arsitek ternama J.C Schulze merancang bangunan. 

Daendels ingin Istana Putih seperti di Prancis, berbentuk Empire Style, memiliki kantor, tempat penginapan, perkebunan, dan tempat istirahat hewan. Maka, dipilihlah lokasi istana di sisi timur Lapangan Parade (kini: Lapangan Banten). Saat proses pembangunan, banyak orang tak setuju.

Pembangunan Istana Putih dinilai pemborosan semata sebab dibangun secara besar-besaran di kala kondisi keuangan negara sedang cekak. Namun, sejarah kemudian mencatat Daendels tetap bersikukuh membangun Istana Putih.

Dalam penuturan Batavia: Kisah Jakarta Tempo Doeloe (1988), pembangunan istana berjalan lambat. Istana baru selesai dibangun pada 1828, alias 19 tahun setelah batu pertama diletakkan.

Proses panjang tersebut juga membuat Daendels, si empunya kuasa tak bisa tinggal di sana. Pasalnya, kekuasaan Daendels berakhir pada 1811. Setelah ditinggal Daendels, praktis Istana Putih dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda. 

Pada masa kemerdekaan, gedung Istana Putih tak seperti istana-istana negara lain yang digunakan oleh Presiden. Gedung Istana Putih difungsikan sebagai kantor Kementerian Keuangan. Namanya pun diubah menjadi Gedung A.A Maramis, yang merupakan bagian Kompleks Kementerian Keuangan Indonesia di Jakarta Pusat.


(mfa/mfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global


Related Articles