
Resign Kerja Demi Bantu Bapak Jaga Warung, Pria Ini Mendadak Kaya

Jakarta, CNBC Indonesia - Apa jadinya jika ada orang yang kuliah di kampus bergengsi dan sudah punya pekerjaan dengan gaji besar, tapi kemudian memilih resign dan membantu orang tua menjaga warung di pasar? Demikianlah yang dilakukan pemuda asal Hong Kong, Toby To Yan Choi.
Toby adalah sarjana ekonomi lulusan kampus peringkat ke-29 terbaik di dunia, yakni University of California, AS. Dia bekerja di salah satu perusahaan dengan waktu kerja 40 jam seminggu. Kerjanya hanya berada di depan komputer dan tentunya di ruangan ber-AC. Soal gaji, tentu dia mendapatkan lebih dari cukup.
Namun, di tengah jalan, kenyamanan tersebut diusik sang ayah. Ayah meminta Toby pulang kampung ke Hong Kong untuk membantu dirinya menjaga warung makanan di pasar. Warung tersebut sudah berdiri sejak 1980-an dan sudah berjasa besar bagi keluarga. Para pengurus yang menua membuat usaha tersebut di ujung tanduk. Toby tak punya pilihan lain.
"Saya merasa dia sudah kerja sepanjang hidup untuk saya. Sekarang, saya harus membalas budi upayanya," ungkap Toby kepada Insider, dikutip Sabtu (18/5/2024).
Pulang kampung ke Hong Kong praktis mengubah rutinitas pekerjaan Toby. Tak ada lagi tugas dan jam kerja pasti. Di warung, Toby bekerja 90 jam seminggu tanpa henti, dari jam 11 siang sampai jam 2 dini hari. Lalu, dia juga diharuskan multitasking menjadi koki, pelayan, hingga bagian pemasaran.
Toby merasa pekerjaannya ini penuh tantangan. Dari segi operasional, dia kesulitan karena harus mengurusi semua bagian di warung. Tak ada orang yang melamar kerja di warung punya bapaknya itu karena dianggap kuno. Lalu, dia juga harus menjaga hubungan dengan berbagai macam vendor kerjasama.
Dan yang terpenting adalah soal keuntungan. Toby harus mengatur cara agar bisa menjaga kualitas makanan yang berbanding lurus dengan harga makanan dan keuntungan yang diperoleh. Alhasil, dia merumuskan trik menarik: menjual makanan dengan porsi banyak, tapi harga masih masuk akal.
Dia mengatakan biasanya orang akan menghabiskan uang US$13-19 dalam sekali makan. Baginya, itu harga yang murah untuk standar hidup di Hong Kong yang jadi salah satu kota termahal di dunia. Berkat cara tersebut, warung makanan Toby laris dikunjungi banyak orang.
"Warung kami telah jadi tempat favorit selama bertahun-tahun," ungkapnya.
Meski awalnya harus keluar dari zona nyaman dan terpaksa terseok-seok, Toby kini mulai merasakan manisnya berbisnis. Berkat bantu bapak menjaga warung di pasar, dia mengaku penghasilannya kini sudah dua kali lipat lebih besar dari penghasilan bulanan sebagai akuntan di AS.
Dia memang tak menyebut berapa nominalnya. Namun, situs pencari kerja Indeed menyebut gaji rata-rata akuntan di AS sebesar US$ 4.475 atau Rp71 juta per bulan. Artinya, jika berpatokan pada nominal tersebut, penghasilan bulanan Toby dari warung nasi diprediksi bisa mencapai Rp140-an juta per bulan.
Pada titik ini, dia merasa senang karena bisa membantu bisnis keluarga dan berkontribusi dalam melestarikan budaya kuliner Hong Kong.
"Menjadi bagian dari tradisi dai pai dong (red, jenis warung nasi) Hong Kong, saya menyadari kita pasti dapat meningkatkan kesadaran akan hilangnya perusahaan-perusahaan seperti kita," kata Choi.
Kini, dia tak sendirian menjaga warung. Sudah ada adiknya yang ikut membantu.
(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Farmasi RI Ini Ternyata Kurang Senang Minum Obat
