
Barang Bekas Bawa Cuan, Sosok Ini Jadi Miliarder-Untung Rp 3 Miliar

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 membuat aktivitas terhenti. Semua orang dipaksa berdiam diri di rumah, sehingga rasa bosan terkadang muncul. Saat kebosanan tiba, banyak orang membuat kesibukan sendiri. Salah satunya ialah berbisnis seperti yang dilakukan Sophie Riegel, mahasiswi Duke University pada tahun 2020 silam.
Pada mulanya, Riegel tak berniat berbisnis. Di tahun 2020 dia hanya ingin berkuliah sampai lulus. Namun, apa daya pandemi datang dan membuat perkuliahan berganti menjadi daring. Pada titik ini, rasa bosan tiba dan membuat dirinya kepikiran untuk berbisnis.
Menariknya, bisnis itu dimulai tanpa modal. Dia memanfaatkan pakaian dan barang yang tidak lagi digunakan atau bekas di rumah untuk dijual secara online. Lewat cara ini, Riegel mengaku kepada CNBC Make It mendapat penghasilan US$ 200 atau Rp 3 juta.
Beranjak dari sini, dia mulai ketagihan berbisnis barang bekas. Alhasil, dia pun mencari barang-barang bekas di sekitar Durham dan Chapel Hill, North Carolina. Tentu barang bekas yang dicari masih berkualitas baik. Setelahnya, baru dijual mulai dari US$ 1 hingga US$ 10 di e-commerce.
Dari penjualan tersebut, perempuan kelahiran 2001 itu mengaku untung US$ 50 atau Rp 700-an ribu per hari. Sebulan dia bisa untung US$ 10.300 atau Rp 163 juta.
Sejak itulah, dia terus melakoni bisnis hingga lulus di tahun ini. Berdasarkan dokumen yang ditinjau CNBC Make It, tak disangka penjualan barang bekas itu mencapai US$ 123.800 atau Rp 1,9 miliar selama 4 tahun. Bahkan jika dihitung bersih, keuntungan yang dihasilkan lebih dari nominal tersebut.
"Riegel telah mengantongi total laba bersih lebih dari US$192.000 atau Rp 3 miliar sejak memulai usahanya, setelah memperhitungkan biaya platform dan harga pokok barang," tulis CNBC Make It, dikutip Kamis (28/3/2024).
Sampai sekarang, dia masih melakoni bisnis tersebut selain menjalani pekerjaan utama sebagai penulis dan psikolog. Dari bisnis tersebut, dia sukses meraup cuan US$ 400-500 atau Rp 6-7 juta setiap harinya. Malah, dia mengaku bisnis barang bekas tersebut menyumbang 70% pendapatan bulanannya, lebih besar ketimbang gajinya sebagai psikolog.
Hanya saja, di tengah kesibukan yang makin bertambah, dia tak lagi berbisnis seorang diri. Dia mengaku sudah memperkerjakan karyawan untuk menunjang operasional perusahaan. Selain itu, dia juga tak ada niatan dan tak ada alasan kuat buat menghentikan bisnisnya. Pekerjaan sebagai psikolog justru bisa menambah kuat bisnis dari segi jaringan.
"Saya akan melakukannya selama saya bisa. Kedua karier ini membuat saya bahagia dan memungkinkan saya untuk mandiri, dan saya tidak harus memilih antara satu hal atau lainnya," kata Riegel.
(mfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Farmasi RI Ini Ternyata Kurang Senang Minum Obat
