CNBC Insight

Alasan Sebenarnya Kenapa Pengeras Suara Masjid disebut Toa

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
22 March 2024 03:00
Masjid
Foto: Ilustrasi Masjid (Dok: Ist)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di masa Ramadan, toa masjid jadi salah satu hal sentral karena berfungsi sebagai pengingat waktu berbuka puasa dan imsak. Namun, tahukah Anda kenapa masyarakat Indonesia sering bilang pengeras suara, baik itu di masjid atau tempat lain, dengan sebutan toa?

Belum banyak orang tahu bahwa toa sebenarnya salah satu merek dari pengeras suara di dunia, yakni Toa Electric Manufacturing Company. Perusahaan tersebut berasal dari Jepang dan berdiri pada 1 September 1934. Pendirinya adalah Tsunetaro Nakatani, kelahiran 10 Agustus 1890. 

Sejak Tsunetaro mendirikan Toa, perusahaan langsung untung besar. Pasalnya, dia jadi perusahaan perintis yang memproduksi teknologi pengeras suara di Jepang. Hanya saja, eksistensi Toa terganggu saat Perang Dunia II. Toa mengalami kemunduran bisnis, tetapi tidak sampai bangkrut. 

Dalam Electronics Buyers' Guide (1964) dijelaskan, produksi Toa kembali menggeliat di tahun 1947 dan mengembangkan pengeras suara berbentuk corong atau trompet. Produk Toa semacam ini wujudnya mirip dengan Toa yang ada di pasaran saat ini.

Tak hanya membuat pengeras suara seperti corong saja, di tahun 1954, Toa juga mulai memproduksi megafon listrik EM-202. Benda itu dianggap sebagai: Megafon listrik pertama di dunia. Produk Megafonnya terus disempurnakan dan dalam perkembangannya Megafon menjadi penting dalam aksi demonstrasi.

Produk Toa dari Jepang itu masuk ke Indonesia melalui PT Galva sejak 1960-an. Perusahaan itu milik pengusaha keturunan Tionghoa asal Bangka, Uripto Widjaja. Awalnya dia mendistribusikan pengeras suara dengan merek Galindra. Namun, kemudian berubah nama menjadi Toa, sesuai perusahaan penyuplai dari Jepang. 

Pada 1975, Galva kemudian membangun pabrik pengeras suara sendiri dengan menggandeng Toa dan Sumitomo. Total investasinya sekitar US$ 1 juta yang menghasilkan pabrik luar biasa besar. Dari perkongsian tersebut, Toa perlahan menguasai pasar pengeras suara Indonesia. Di tahun 1980-an, Toa menguasai 90% pasar pengeras suara dan jadi kata ganti untuk menyebut alat pengeras suara di Indonesia. 

Kendati eksis di tahun 1970-an, penggunaan Toa atau sejenisnya di masjid Indonesia rupanya sudah berlangsung sejak lama. Pada 1930-an, pengeras suara di masjid sudah digunakan oleh Masjid Agung Surakarta. Situs Historia mencatat pengeras suara di masjid mulai masif digunakan sejak tahun 1970-an. Kurun waktu segitu memang jadi awal mula peredaran pengeras suara merek Toa dari Jepang.  


(mfa/sef)

Tags
Recommendation
Most Popular