CNBC Insight

Belajar dari Ruth Gottesman, Crazy Rich Hobi Sedekah Sampai Rp15,7 T

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
Rabu, 06/03/2024 12:00 WIB
Foto: Ruth Gottesman. (Reuters Video)

Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir pekan lalu psikolog anak Ruth Gottesman (93) membuat keputusan terbesar dalam hidupnya. Dia secara sukarela menyumbangkan US$ 1 miliar atau Rp 15,7 triliun dari rekeningnya untuk Albert Einstein College of Medicine.

Mengutip Wall Street Journal, sumbangan tersebut didasari oleh keinginan Ruth agar sekolah kedokteran terjangkau dan mudah diakses masyarakat. Sebab selama ini sekolah kedokteran memiliki biaya super mahal, sehingga hanya bisa diakses oleh orang kaya saja. Berkat bantuan dari Ruth, seluruh mahasiswa di Albert Einstein College of Medicine bisa berkuliah gratis sampai lulus. 

Hobi sedekah

Selain sebagai psikolog Ruth Gottesman juga pengusaha dan investor. Pada 1966, dia dan suami, Sandy Gottesman, menjalin kerjasama bisnis bersama sahabat yang jadi investor ternama, Warren Buffet. Mereka membeli swalayan dan mengelola secara bersama-sama.


Kelak, swalayan ini bergabung dengan perusahaan milik Buffet, yakni Berkshire Hathaway. Sejak bergabung, Buffet menggunakan bisnis Gottesman untuk mengakuisisi berbagai macam usaha. Semua itu perlahan membuat Berkshire makin cuan, begitu juga Gottesman.

Apalagi, Sandy Gottesman juga ikut serta dalam jajaran direksi Berkshire Hathaway yang membuat keluarga tersebut makin kaya raya. Meski tajir, keluarga Gottesman, khususnya Ruth, punya hobi sedekah atau filantropi yang sudah ada dalam darahnya sejak lahir.

Mengutip Observer, hobi filantropi Ruth kemungkinan besar dipengaruhi oleh ibunya. Sang ibu adalah relawan di departemen kesejahteraan kota yang mengadvokasi kehidupan anak-anak kulit hitam. Selain itu, orang tuanya juga menjadi salah satu pendiri program beasiswa untuk anak-anak di Maryland.

Namun, ada satu titik yang sangat mengubah hidup Ruth. Pada 1940-an, Ruth menerima anak 10 tahun yang kabur dari kejaran Nazi Jerman di Perang Dunia II. Anak tersebut datang tanpa orang tua dan hidup sebatang kara. 

"Sejak itulah, mulai timbul rasa simpati dan empati atas kepedihan orang lain," kata Ruth, dikutip dari akun Youtube Albert Einstein College of Medicine. 

Beranjak dari momen itu, Ruth mulai aktif di kegiatan psikologi, relawan, dan filantropi. Khusus kegiatan terakhir makin menjadi-jadi saat kekayaannya mulai banyak. Memang, tak diketahui berapa banyak harta Ruth, tetapi dari nominal donasi yang dikeluarkan, bisa diketahui seberapa kaya dirinya. 

Pada 2008, misalkan, dia menyumbangkan US$ 25 juta atau Rp 393 miliar untuk mendirikan lembaga penelitian sel induk, mendukung pengobatan regeneratif, dan pembangunan American Museum of Natural History. Selain itu, namanya pun terpampang sebagai donatur utama di beberapa lembaga kesehatan dan riset, meski tak diketahui berapa nominalnya. 

Rekor donasi terbesar Ruth yang dicatat media terjadi pada Februari 2024 lalu. Sepeninggal suami, Ruth mendapat warisan luar biasa besar. Namun, dia memilih untuk mendonasikan semuanya. 

"Dia (red, suami) meninggalkan saya dan tanpa sepengetahuan saya dia menyerahkan semua portofolio saham Berkshire Hathaway. Dan dia hanya menyuruh saya melakukan apapun sesuka saya atas portofolio itu," kata Ruth, dikutip dari New York Times.

Atas perintah itu, dia mengalihkan warisan Rp 15 triliun ke Albert Einstein College of Medicine. Tujuannya tentu saja agar sekolah tersebut bisa mencetak banyak dokter tanpa perlu memikirkan biaya. Nantinya, dokter-dokter baru bisa membantu memperbaiki kesehatan warga di Bronx, lokasi kampus yang mayoritas warga miskin.

Menariknya, saat ditanya apakah nama Ruth perlu diabadikan di sekolah tersebut, dia menjawab:

"Gak seorang pun perlu tahu kalau saya nyumbang. Lagipula, ada nama lebih bagus dari saya, yaitu Albert Einstein," kata Ruth. 

Intinya, dia ingin menghabiskan sisa hidupnya di usia 93 tahun dengan aktif berdonasi, tanpa perlu diungkap dan diketahui ke publik. 


(mfa/sef)