CNBC Insight

Kisah Entong Gendut Jago Betawi Kebal Peluru, Tewas Secara Tragis

Muhammad Fakhriansyah, CNBC Indonesia
18 June 2024 12:30
Ilustrasi Entong Gendut
Foto: Dok Detikcom

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu kelompok paling menderita di masa kolonial adalah petani. Pada tahun 1910-an, mereka mulai kehilangan hak garapan karena tanahnya dieksploitasi pemerintah kolonial. Tanah mereka diambil alih tuan tanah, sehingga mempersulit kehidupan petani.

Lebih parah lagi para petani yang menolak tunduk aturan pemerintah diancam bakal dibawa ke pengadilan. Praktis, mereka pun mencari aman dan mau tidak mau hidup dalam tekanan. Alhasil berkat sistem begitu, para tuan tanah makin kaya, sementara petani makin miskin.

Akibatnya terjadi ketimpangan yang membuat mereka frustrasi, muak dan mulai memberanikan diri melawan pemerintah. Salah satunya perlawanan dilakukan oleh kaum jawara atau para pendekar yang jago bela diri pimpinan Entong Gendut. Pada 1916, Entong membuat kelompok perlawanan yang pengikutnya mencapai 400 orang. Semuanya adalah jago silat.

Ketika membuat kelompok ini, tulis Jerome Tadie dalam Wilayah Kekerasan di Jakarta (2009), Entong memperkenalkan diri sebagai Imam Mahdi. Maksudnya, dia ingin menghilangkan kekuasaan orang besar, menyerahkan kekuasaan kepada rakyat dan menggantikan orang Belanda dengan Muslim. 

Dalam penjelasan Petrik Matanasi di Para Jagoan (2011), perlawanan pertama Entong terjadi pada 5 April 1916 di rumah Lady Rallinson, penguasa tanah di Cililitan, yang sedang mengadakan pesta. Di malam hari saat pesta berlangsung pasukan Entong memulai aksinya. 

"Entong Gendut dan pengikutnya berupaya membubarkan keramaian itu. Mereka minta pesta harus selesai lebih cepat. Dalam pembubaran mereka juga tidak melakukan kekerasan," tulis Petrik Matanasi. 

Meski dilakukan secara damai, Rallinson sebagai tuan rumah bereaksi keras. Dia melaporkan Entong Gendut ke polisi agar pria Condet itu segera ditangkap. Polisi pun bergegas menangkapnya.

Namun, upaya ini tak mudah. Pasalnya, kediaman Entong Gendut selalu ramai para pengikutnya. Tiap kali polisi hendak menangkapnya, para pengikut lengkap dengan senjata tajam selalu menghadangnya. Penangkapan pun gagal.

Konon, Entong Gendut punya kesaktian yang membuat polisi Belanda ketakutan. Kesaktian ini menurut kesaksian cucu Entong, Baba Taceh, adalah golok sakti. 

"Diceritain kalau tuh sarung golok dibuka, Belanda langsung pada berenang aja gitu di tanah. Soalnya kalo perasaan mereka itu mereka lagi ada di laut," tutur cucu Entong Gendut, Baba Taceh, kepada detik.com, 2013 lalu. 

Tak hanya itu, Taceh juga menyebut Entong punya ilmu mupus atau menghilang dan ilmu kebal peluru. Atas kesaktian ini, Entong pun licin bak belut. 

Meski begitu, polisi tidak tinggal diam. Otoritas melakukan aksi lebih logis. Mereka membawa lebih banyak pasukan bersenjatakan pistol. Praktis, pertempuran tidak dapat dihindarkan. Para pengikut Entong yang hanya bersenjatakan golok dan senjata tajam lain jelas kalah dengan polisi. 

Polisi menembak senjata membabi-buta yang membuat pengikut Entong terluka dan lari tunggang-langgang. Sayang, dalam pertempuran kali ini, nasib Entong Gendut tak mujur. Konon, akibat pertempuran terjadi di luar Condet, ilmu kebal peluru Entong tidak berguna. Dia tertembak dan tewas, sehingga berakhirlah cerita Endong Gendut. 

Namun, hingga kini, makam Entong Gendut masih misterius. Menurut Baba Taceh, saat hendak dimakamkan, jenazah Entong Gendut tiba-tiba menghilang. Entah bisa dipercaya atau tidak, yang pasti cerita soal Entong Gendut terus dilestarikan hingga lintas generasi. 


(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular