CNBC Insight

Belajar dari Wasiat Bos IKEA, Lakukan Ini Berarti Dosa Besar

Muhammad Fakhriansyah, CNBC Indonesia
31 October 2023 12:00
FILE PHOTO: Ingvar Kamprad, founder of Swedish multinational furniture retailer IKEA, is seen at company's head office in Almhult, Sweden August 6, 2002. TT News Agency/Claudio Bresciani via REUTERS/File photo      ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. SWEDEN OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN SWEDEN
Foto: Claudio Bresciani/Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagai pendiri sekaligus pemilik jaringan toko perabot terbesar di dunia, Ingvard Kamprad sudah pasti punya kekayaan berlimpah. Bloomberg Index International pada 2006 memperkirakan dia memiliki harta US$ 58,7 miliar atau Rp 800-an triliun dan menjadikannya sebagai orang terkaya keempat di dunia.

Lalu, Forbes pada 2010 sempat menebak hartanya sebesar US$23 miliar atau Rp 350-an triliun.Namun, berbagai tebakan yang dilakukan banyak media ternama itu sama sekali tidak memberi titik terang.

Sebab, pria asal Swedia itu bukan seperti orang kaya lain yang suka mengumbar harta. Dia justru ingin menutupi hartanya. Ini, bukan supaya menghindari petugas pajak. Tetapi karena murni tidak ingin dikira pamer dan sombong. 

Dalam wawancara kepada Forbes tahun 2000 silam, Kamprad menyebut keputusannya menjalani gaya hidup sederhana adalah bentuk tanggungjawabnya sebagai manusia. Dia beranggapan bahwa sudah seharusnya orang kaya raya, seperti dirinya, menjadi orang biasa supaya bisa saling memahami.

Dengan menjadi orang biasa, Kamprad bisa mengerti masalah yang sebenarnya terjadi. Termasuk bisa memikirkan solusi atas masalah itu.

Tak diketahui pasti sejak kapan dia melakukan itu. Namun, pada 1976 dia sempat menulis surat wasiat yang kelak jadi landasan bisnis IKEA berjudul "The Testament of Furniture Dealer".

Lewat tulisan setebal 38 halaman itu, salah satu yang menjadi sorotan adalah keyakinan bahwa pemborosan adalah dosa, dan kesederhanaan adalah kebaikan. "Pemborosan adalah dosa berat di IKEA," katanya. 

Meski begitu, surat wasiat pada akhirnya tak hanya jadi bualan semata, tetapi diterapkannya dalam hidup keseharian. Baik itu untuk operasional IKEA atau keseharian Kamprad.

Dalam obituari yang ditulis New York Times, sebelum meninggal pada 2018 silam, Kamprad menerapkan hidup jauh dari kemewahan. Saat mengunjungi gerai IKEA di seluruh dunia, dia selalu naik pesawat kelas ekonomi super murah. Lalu dilanjutkan dengan perjalanan kereta kelas dua.

Tak hanya itu, Kamprad juga sering menyantap makanan murah dan tinggal di hotel yang sama sekali tidak berbintang. Bahkan, di rumah pribadinya di Swiss, garasinya hanya ada mobil Volvo tua. Sedangkan lemari pakaian terisi oleh pakaian bekas yang dibeli di pasar loak.

Untuk mencukur rambut, dia tinggal mendatangi tukang cukur murah yang ada di ruko-ruko perkotaan. Lalu, saat ingin berlibur dia hanya perlu berkeliling Swiss sambil naik sepeda.

Semua itu dilakukan bukan untuk menghindari pajak, tetapi murni hidup sederhana. Dia tidak mau dikira pamer apalagi sombong oleh orang lain.

Singkatnya, dia ingin hidup setara dengan masyarakat lain hingga rela bertingkah laku seperti masyarakat miskin. Bukan cuma itu, dia juga ingin sikap hidup sederhana diterapkan oleh seluruh bos dan karyawan IKEA di seluruh dunia.

Perintah Kamprad itu lantas tertuang dalam delapan nilai manifestasi IKEA yang intinya mengharuskan para pegawai di kantor dan hidup keseharian untuk saling peduli, saling bersama, baik, rendah hati, dan bertanggung jawab. Salah satu perpanjangan perintah itu adalah larangan kepada para bos untuk menaiki kelas penerbangan mahal saat kunjungan kerja.

Kini Kamprad sudah meninggal pada 27 Januari 2018 . IKEA pun diteruskan oleh anak-anaknya. Namun, siapapun pasti mengingat bahwa IKEA adalah buah keringat Ingvard Kamprad yang selalu hidup sederhana selama 92 tahun hidup di dunia.


(mfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Farmasi RI Ini Ternyata Kurang Senang Minum Obat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular