CNBC Insight

Pilih Pensiun, Jenderal Bintang 3 Ini Kaya dari Jualan Ayam

Muhammad Fakhriansyah, CNBC Indonesia
20 July 2023 16:15
(CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Ini adalah kisah tragis Sri Mulyono Herlambang, eks jenderal yang jadi kaya raya gara-gara jual telur ayam dan ayam. Bagaimana kisahnya?

Kisahnya dimulai dari gonjang-ganjing yang menimpa tubuh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) pasca-kejadian Gerakan 30 September (G30S) yang menewaskan perwira tinggi Angkatan Darat.

Ada dugaan bahwa AURI ikut terlibat dalam kasus tersebut. Sebab, pusat gerakan dan tempat tewasnya para jenderal di sumur maut Lubang Buaya, dekat dengan markas AURI di Bandara Halim Perdanakusumah. Bahkan, dugaan keterlibatan itu juga diarahkan pada Menteri/Panglima Angkatan Udara (kini KASAU), Omar Dhani. 

Meski Sukarno sebagai panglima tertinggi sudah membantah, seperti dikutip buku Kronik '65 (2017), tetap saja tuduhan-tuduhan itu tak mampu menolong AURI. Pamor AURI turun dan petinggi-petingginya diganti. Pada November 1965, Omar Dhani sebagai Men/Pangau diganti oleh Sri Mulyono Herlambang. Lalu berselang 4 bulan kemudian, Sri juga diganti.

Menurut Humaidi dalam "Politik Militer Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Pemerintahan Sukarno" (2008), pergantian itu sebagai bentuk pembersihan internal di AURI karena keduanya dekat dengan Sukarno dan diduga terlibat G30S. Bahkan, akibat tuduhan itu, Omar Dhani dan Sri sempat ditahan Orde Baru. Namun, Sri lebih beruntung karena dia hanya ditahan sekitar 1 tahun saja. Sedangkan Omar dipenjara hingga puluhan tahun.

Pada akhirnya, Sri pun mundur sebagai prajurit AURI pada 1 April 1967 setelah mengabdi selama 17 tahun dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal, setara jenderal bintang tiga. Saat semua pangkat dicopot dari bahunya itulah, Sri banting setir menjalani hidup baru sebagai pedagang ayam. 

"Dengan cara ini, saya menghindar dari dengki dan iri yang amat kental mewarnai pergantian rezim. Sebab, siapa yang peduli kepada seorang tukang ayam?," kata Sri Mulyono Herlambang kepada Tempo (29/08/1999).

Awalnya, dia memanfaatkan halaman rumahnya di Jl. Iskandarsyah, Jakarta Selatan, untuk bereksperimen sebagai peternak ayam petelur dan ayam potong. Bibitnya diambil dari Amerika dan Jepang. Pilihan ini tergolong nekat karena saat itu orang Indonesia lebih doyan ayam kampung. Namun, karena itu satu-satunya mata pencaharian, dia tetap menekuninya.

"Saya tidak mempunyai hobi memelihara ayam. Tetapi karena terpaksa saya mencobanya," aku Sri Mulyono Herlambang dalam buku Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1983-1984 (1984:276).

Tercatat, dia memulai bisnis ayam sejak 1967 lalu kariernya menanjak hingga menjadi direktur PT Daria Poultry Farm. Setelah bertahun-tahun berbisnis ayam, ada masa tiap minggunya produksi ayam potongnya yang terjual mencapai 750 ekor. Bahkan, pada 1980-an, dari 5.000 ayam potong, dirinya bisa dapat pemasukan bersih sekitar Rp 250 ribu. Nominal itu termasuk besar di masanya.

Namun, keseriusan membesarkan bisnis ayam petelur di Indonesia tak cuma dilakukannya sendirian. Sekitar 1970-an, diketahui dia mengajak rekannya, Bos Sadino. Sri memberikan 50 ekor ayam ras secara gratis sebagai modal pertama Bob. Seluruh ayam itulah yang jadi cikal bakal Kem Chiks, bisnis Bos Sadino yang membuatnya kaya raya. 

Seiring berjalannya waktu, setelah beberapa tahun bisnis ayam potong, Sri Mulyono Herlambang lalu mulai berbisnis di dunia aviasi. Dia berdagang suku cadang, peralatan lapangan terbang, angkutan udara, dan konsultan penerbangan, yang semuanya berada di bawah bendera PT Conavi Aviation Consultant.


(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Utang Bawa Berkah, Sosok Ini Mendadak Kaya Raya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular