Kisah Kakek Sugiono Tolak Pensiun, Terus Kerja & Berkarya

Jakarta, CNBC Indonesia - Usia makin menua, produktivitas juga makin menurun. Biasanya masalah utama berkisar di kesehatan yang mulai bermunculan.
Alhasil, ada aturan dunia pekerjaan. Bahwa di usia tertentu seseorang harus dipaksa pensiun.
Mereka harus meninggalkan pekerjaan, menikmati hari tua bersama keluarga. Namun, ini tidak terjadi bagi pria kelahiran Tokyo, 18 Agustus 1934.
Di usia 60-an, dia justru masih sibuk bekerja di industri pekerjaan yang baru digelutinya dan diklaim di Negeri Sakura "sangat menjanjikan". Pria itu adalah Shigeo Tokuda yang disebut sebagai "Kakek Sugiono" di industri film dewasa.
Awalnya Tokuda bekerja sebagai pengusaha yang memiliki sembilan agen perjalanan. Karena inilah separuh hidupnya lebih banyak berkeliling Jepang.
Di saat singgah di suatu tempat, dia kerap membeli film porno yang dijual bebas di Jepang. Namun, Tokuda agak lain, karena tidak membeli langsung di toko, tetapi malah mendatangi langsung kantor produksi filmnya.
Disinilah, tulis The Guardian, ia tanpa sengaja bertemu bos dari salah satu rumah produksi film dewasa di sekitar tahun 1994. Bos itu kemudian meminta Tokuda membintangi film dewasa untuk kategori lansia.
Lebih lanjut, sebagaimana ditulis Time, kala itu film porno kategori lansia adalah pangsa pasar baru yang dinilai akan menguntungkan. Penikmat film faktanya sudah terlalu bosan menyaksikan adegan ranjang dari dua sejoli berusia muda.
Apalagi kenyataanya Negeri Matahari Terbit mulai krisis anak muda dan beberapa profesi pun sudah didominasi kaum lansia. Jadi, untuk menjaga keberlangsungan industri film dewasa, maka harus mulai memanfaatkan para lansia.
Dengan melihat besarnya keuntungan, pria botak itu setuju. Dari sinilah dia memulai karir baru sebagai pemeran film porno di usia 61 tahun dan menggunakan nama panggung Shigeo Tokuda.
"Ini adalah babak kedua kehidupan saya. Saya tidak tahu berapa lama saya akan hidup, tapi saya ingin menikmati sisa hidup," ujar pria yang punya seorang istri, 2 anak dan 1 cucu ini kepada CNN International.
Dari sinilah namanya kemudian melambung sebagai aktor film porno. Dia bak intel yang punya pekerjaan ganda, di mana siang hari menjadi penjaja agen perjalanan, lalu di malam hari menjadi aktor porno.
Pada akhirnya, apa yang diprediksi tentang industri film dewasa manula benar-benar menjadi kenyataan. Produksi film yang melibatkan Tokuda laku keras di pasaran.
Saat memperingati satu dekade kiprah Tokuda di industri film, rumah produksi mencatat dia sudah membintangi 350 film di tahun 2004. Bahkan, dia yang saat itu berusia 70 tahun dinobatkan Guinness World Records sebagai aktor tertua yang bekerja di industri film porno.
Selama itu pula, Tokuda biasanya tampil dengan lawan main yang lebih muda. Di film dia bisa berprofesi sebagai pengusaha, dokter, atau hanya sebatas kakek tua yang digambarkan "bermain" dengan cucunya.
Saat ditanya The Guardian tentang relasi keluarga saat mengetahui profesi barunya, Tokuda mengaku keluarganya sempat kaget. Anak dan istrinya pernah mempersoalkannya sebagai aktor porno.
Istri yang telah menemaninya hampir 50 tahun itu, sempat menyuruh Tokuda berhenti. Namun, pada akhirnya permintaan itu dianggap angin lalu. Dia tetap melanjutkan pekerjaan baru itu.
Seiring waktu, berkat mudahnya akses internet, lambat laun film-film Tokuda juga dinikmati di luar Jepang. Alhasil, seluruh dunia jadi mengetahui kiprah dan aksi-aksi Tokuda di berbagai film termasuk membuat sebutan Kakek Sugiono yang disematkan padanya dari penonton Indonesia.
Tak terhitung berapa cuan yang didapat pria itu. Namun, melihat tumbuh dan berkembangnya industri film dewasa, diduga Tokuda mendapat dana berlimpah.
Sebagai gambaran, dalam laporan Vice, pemain muda saja bisa mendapat penghasilan US$ 4.000 - US$ 24.000 per satu video. Tentu, jika melihat besarnya popularitas kakek yang kini berusia 89 tahun itu, maka diprediksi penghasilannya sangat besar dan melimpah seiring waktu.
Di usia mendekati 1 abad, Tokuda tidak mengetahui kapan akan pensiun. Malah dia ingin bekerja terus-menerus selama pasar masih hidup dan membutuhkannya.
"Orang seusia saya umumnya memiliki rasa malu, sehingga mereka sangat ragu untuk menunjukkan bagian pribadinya. Tapi saya bangga dengan diri saya sendiri karena melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan," katanya kepada Time, sambil tertawa bangga.
(mfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
