CNBC Insight

Fenomena Orang Kaya Pura-Pura Miskin Demi Kampus Favorit

Muhammad Fakhriansyah, CNBC Indonesia
Rabu, 05/07/2023 07:00 WIB
Foto: Harvard University (AP/Charles Krupa)

Jakarta, CNBC Indonesia - Diterima kampus favorit tentu menjadi impian semua orang. Namun, tak semua orang bisa masuk ke kampus favorit idamannya.

Sulitnya tes ditambah persaingan ketat membuat siapapun harus kerja ekstra meraihnya. Mendapatkan satu kursi membuat siapapun yang lolos adalah orang-orang terbaik dan terpilih.

Maka, tak heran apabila seseorang yang dinyatakan lolos seleksi pasti akan merayakannya dengan penuh suka cita. Namun, adakah cara lain untuk mendapatkannya?


Jawabannya ada. Hanya perlu siapkan uang  untuk melakukan penyuapan dan penipuan seperti yang dilakukan orang kaya di Amerika Serikat (AS) pada 2019 silam.

Tindakan tak terpuji oleh orang kaya itu termasuk skandal besar dunia pendidikan yang disebut Skandal Varsity Blues. Bahkan, Netflix sempat membuat dokumenter khusus atas kasus ini. 

Bisnis Haram

Richard Farnum The High Status Track: Studies of Elite Schools and Stratification (1991) menjelaskan bahwa masuk ke perguruan tinggi khususnya kampus elit bergantung pada kinerja skolastik atau prestasi mentereng lain oleh calon mahasiswa. Intinya, perguruan tinggi terbaik pasti akan diisi oleh mahasiswa yang memang memiliki prestasi.

Perguruan tinggi elite yang dimaksud adalah kampus-kampus yang digolongkan sebagai Ivy League. Antara lain Princeton University, Brown University, Columbia University, Cornell University, Dartmouth College, Harvard University, University of Pennsylvania, dan Yale University. 

Seluruh kampus itu, tulis laporan The Atlantic, menjadi favorit orang seluruh dunia. Namun, untuk menjadi mahasiswa diperlukan perjuangan sulit karena kenyataannya mereka hanya menerima sedikit mahasiswa baru setiap tahunnya. Atas dasar inilah, terjadi persaingan ketat dan memunculkan bisnis haram, termasuk yang ketahuan dunia dilakukan oleh William Rick Singer. 

Mengutip CNN International, awalnya Singer berprofesi sebagai olahragawan. Saat bisnis bimbingan belajar dan konsultan pendidikan untuk persiapan masuk kampus elit mulai marak, Singer pun ingin menjajal bisnis ini pada 2011. Lantas, lahirlah identitas baru: Rick Singer, sang konsultan pendidikan. 

Saat membuka bisnis ini pada 2011, sejak itu pula aksi tipu-tipunya pun dimulai. Dalam kronologi yang dipaparkan New York Times, Singer awalnya menjaring para orang tua untuk ikut diskusi dan anaknya diberi kesempatan belajar. Harganya US$ 1.500-2.000 dalam periode satu tahun. 

Untuk membangun kepercayaan dan reputasi, dia berupaya berkenalan dengan pejabat institusi pendidikan dan tokoh pendidikan. Dari sini dia mendapat pengetahuan soal seluk-beluk dunia pendidikan.

Akibatnya, Singer mampu menjadi pendengar dan penasehat yang baik apabila para orang tua bimbang menentukan kampus yang cocok untuk anaknya. Akal bulusnya pun tak berhenti disitu. Saat proses penerimaan berlangsung, disinilah 'permainan' dimulai.

Dalam laporan Wall Street Journal, Singer mengatur para murid untuk berbohong saat mempersiapkan dokumen. Dia meminta para murid pura-pura miskin dan bodoh di depan psikolog, agar bisa dinyatakan memiliki kualifikasi akademik rendah.

Ini bertujuan untuk memperpanjang waktu tes. Lalu bagi para orang tua, dia juga meminta agar mengatur surat domisili palsu supaya lokasi tes anaknya berada di bawah pantauan penuh Singer. 

Tak hanya itu, Singer juga berupaya menyusun portofolio prestasi kebohongan dengan ciamik. Dia meminta para siswa pura-pura mempraktikan kegiatan olahraga atau seni meski dia tidak pernah melakukannya. Dia lalu memfotonya untuk diedit di Photoshop agar portofolionya lebih luar biasa. 

Seluruh upaya ini memang membuahkan hasil. Anak mereka sukses diterima di kampus elit impiannya. Namun, kebohongan itu pada akhirnya terbongkar.

Pada Maret 2019, FBI menangkap Singer atas penipuan itu. Kasus ini berujung pada terbongkarnya nama-nama klien Singer, yang ternyata adalah para orang kaya dari seluruh dunia.

Dari China, bos perusahaan narkotita, Zao Tao diketahui merogoh kocek US$ 6,5 juta untuk membayar upaya tipu-tipu tersebut untuk membuat anaknya lolos Stanford University. Lalu di AS sendiri ada nama-nama terkenal yang terjerat.

Mereka adalah aktris Felicity Huffman dan desainer Lori Lughlin. Huffman diketahui memberi uang US$ 15.000 kepada Singer untuk mendongkrak nilai tes anaknya yang di bawah skor minimal. Sedangkan, Lughlin mengeluarkan US$ 500.000 untuk dua putrinya agar diterima di University of Southern California. 

Seluruh nama-nama yang terjerat pada akhirnya didakwa bersalah. Anak mereka terpaksa menanggung malu, serta dikeluarkan pihak kampus.

Tercatat, selain tiga orang ternama di atas, ada 50 klien yang juga bernasib sama. Fortune menyebut dari bisnis ini dia sudah mendapat keuntungan US$ 15 juta atau setara Rp 225 miliar. 


(mfa/mfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global