
Piyama Batik Ini Viral, Siapa Pencetusnya?

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Bagi kaum Hawa, piyama dan daster merupakan dua jenis baju yang dinilai paling nyaman dipakai dan paling sering digunakan sehari-hari. Peminat kedua jenis baju ini tak pernah sepi.
Modelnya pun terus berkembang mengikuti tren busana dan selera pasar. Bahkan saat pandemi beberapa tahun lalu, penjualan dua model baju ini sempat meningkat tajam karena banyak perempuan tinggal atau bekerja di rumah (WFH).
Tingginya permintaan dan perkembangan tren yang begitu cepat membuat banyak pelaku usaha tertarik pada bisnis piyama-daster. Banyak di antara mereka berinovasi menciptakan brand baru dengan model kekinian, atau pun memadukan unsur modern dan tradisional.
Salah satu inovasi model piyama dan daster dikembangkan brand asal Jakarta bernama Bathek Buana. Brand yang dirintis Gerry Riyadi ini memadukan unsur tradisional dengan sentuhan modern yakni menggunakan batik cap sebagai bahan utama.
Bathek Buana dirintis Gerry sejak beberapa tahun lalu yang sebelumnya fokus di produksi kain batik cap yang menyuplai kain batik ke beberapa toko-toko di Tanah Abang. Pria lulusan Fakultas Seni Rupa Desain itu kini mantap menambah penjualan ke produk jadi berupa piyama dan daster, kendati memiliki tantangan sendiri.
"Tren batik cap ini bisa untuk kalangan muda, terutama untuk produk piyama dan daster. Ini yang membuat saya tergerak memilih batik cap. Saya suka karena tantangannya. Rata-rata mindset batik cap produk daster dan piyama ini kan biasanya untuk kalangan usia 40-60," papar Gerry.
Penggunaan batik cap sebagai bahan utama piyama, menurut Gerry, bukan tanpa tujuan dan filosofi yang kuat. Lewat merek Bathek Buana, ingin agar batik cap sebagai produk budaya bangsa dapat terus dilestarikan, dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
"Dengan target pasar ibu-ibu muda dan usia lanjut, melalui produk ini saya berharap kebudayaan batik cap akan terbawa ke anak-anaknya, dan budaya batik cap sebagai sebuah karya seni akan tetap tumbuh," terangnya.
Diakui Gerry, background pendidikan seni rupa dan desain membuat ia bisa terus berinovasi dan mencari inspirasi. "Saya suka mencari kombinasi canting dan warna untuk dipadukan dalam kain. Saya juga selalu berusaha mengikuti perkembangan motif untuk piyama dan daster," paparnya.
Ke depan, Gerry berharap batik cap terbiasa dipakai di kalangan anak-anak hingga dewasa dengan tren baju dan motif yang sesuai. "Semoga batik cap ini menjadi karya seni yang terus menerus terjaga dengan menggabungkan unsur tradisional dengan sentuhan modern," ujarnya.
Sambutan pasar terhadap piyama dan daster berbahan batik cap sejauh ini sangat baik. "Banyak permintaan dalam jumlah besar. Tetapi kami batasi dari jumlah motifnya agar produknya tidak jadi pasaran. Karena batik kami adalah sebuah karya seni," jelasnya.
Bahan kain batik cap untuk piyama dan daster Bathek Buana saat ini diproduksi di sebuah pabrik yang mempekerjakan sekitar 100 karyawan di kawasan Balaraja Tangerang. Sedangkan produk barang jadi berupa piyama dan daster dipusatkan di dearah Jakarta Selatan.
(Mentari Puspadini/ayh)