Bos Hotel Teriak, Apartemen Jadi 'Pembunuh' Menyeramkan

Entrepreneur - Martya Rizky, CNBC Indonesia
09 February 2023 13:35
Ilustrasi Apartemen Wewah. (Dok. Pixabay) Foto: Ilustrasi Apartemen Wewah. (Dok. Pixabay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Maraknya fenomena staycation di apartemen sewa harian membuat para pengusaha hotel teriak. Selain karena alasan harus bersaing dengan harga yang terlampau murah, bisnis sewa harian apartemen juga tidak memiliki izin usaha mengoperasionalkan hotel dan membayar pajak. Hal itu yang menyebabkan para pengusaha hotel geram.

Dipaksa bersaing dengan harga yang murah, ditambah promosi yang jor-joran, dan masyarakat yang sering kali merekomendasikan staycation di apartemen melalui unggahan media sosial, membuat bisnis perhotelan semakin terpojokkan, khususnya untuk hotel bintang 1 ke bawah atau kelas melati.

Dari pantauan CNBC Indonesia di media sosial Twitter pada hari ini Kamis (9/2/2023), ditemukan banyak sekali unggahan promosi, sampai dengan rekomendasi.

Adapun untuk unggahan promosi bunyinya seperti, "Ada yang cari room untuk staycation? Apartemen kita bisa dipesan melalui aplikasi." Bahkan, untuk unggahan promosi mereka juga banyak menyematkan tagar seperti #apartemenharian, #sewaharian, sampai dengan #staycationmurah.

Sementara unggahan rekomendasi berbunyi, "Rekomendasi Serviced-Apartment buat staycation seru."

Bergeser ke platform booking hotel Traveloka di fitur Holiday Stays, jika difilter dari harga terendah maka bisa ditemukan banyak sekali deretan harga sewa apartemen harian mulai dari Rp 156 ribu sampai dengan Rp 400 ribuan per malam, tergantung fasilitas dan lokasi apartemen yang ditawarkan.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Sutrisno Iwantono mengeluhkan bahwa bisnis sewa harian apartemen sangat merugikan para pengusaha hotel dan juga negara. Sebab, apartemen yang disulap menjadi seakan hotel ini tidak memberikan kontribusi berupa pajak kepada negara, dan tidak memiliki izin operasional hotel.

"Itu tentu pemerintah juga engga diuntungkan karena enggak ada pajak, enggak ada perizinan, sementara hotel-hotel yang taat kepada perizinan, taat bayar pajak malah dirugikan," kata Iwantono kepada CNBC Indonesia.

Dengan demikian, menjadi masuk akal jika harga sewa apartemen harian lebih murah dibandingkan dengan menyewa kamar hotel bintang 1 maupun kelas melati, karena tidak adanya tanggungan membayar pajak membuat bisnis non-hotel tersebut bisa bersaing dengan kuat dan bisa dikatakan 'membunuh' bisnis perhotelan.

"Ya harganya jauh lah. Pasti orang ke sana, kalau hotel biasa yang kelas melati kan Rp 250 ribu. Ya itu bukan persaingan lagi, tapi itu saling membunuh," tuturnya.

Iwantono mengatakan, dengan terjadinya persaingan tersebut, kini okupansi hotel untuk Bintang 1 ke bawah atau kelas melati menjadi mandek, dan jika terus dibiarkan bisa jadi mengalami penurunan.

"(Hal itu) sangat terasa. Kan misalnya, yang biasa nginep di hotel sekarang, enggak nginep di hotel lagi. Ya itu dampaknya sudah pasti okupansi kita mandek bahkan bisa turun," ujarnya.

Kondisi ini, bisnis baru apartemen sewa murah jadi 'pembunuh' yang menyeramkan bagi bisnis hotel, data menunjukkan okupans hotel sangar rendah secara nasional, termasuk di DKI Jakarta. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat penghunian kamar (TPK) atau okupansi hotel pada bulan November 2022 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Namun, peningkatan tersebut sangat tipis dari periode yang sama di tahun 2021. Berikut tingkat okupansi hotel atau TPK menurut klasifikasi hotel di Jakarta.

- bintang 1, tingkat okupansi November 2022 sebesar 43,59%, naik 2,03% dari tahun sebelumnya 41,56%.
- bintang 2, tingkat okupansi November 2022 sebesar 59,55%, naik 4,34% dari tahun sebelumnya 55,21%.
- bintang 3, tingkat okupansi November 2022 sebesar 58,72%, naik 5,77% dari tahun sebelumnya 52,95%.
- bintang 4, tingkat okupansi November 2022 sebesar 61,56%, naik 10,74% dari tahun sebelumnya 50,82%.
- bintang 5, tingkat okupansi November 2022 sebesar 65,28%, naik 8,29% dari tahun sebelumnya 56,99%.


[Gambas:Video CNBC]

(hoi/hoi)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
Artikel Terkait
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading