CNBC Insight

Raja Taksi RI: Tak Disangka Blue Bird Berawal Hadiah 2 Mobil!

Entrepreneur - Petrik, CNBC Indonesia
04 April 2022 12:59
Cover Insight, Blue Bird Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketika Mr. Djokosoetono, seorang pakar hukum dan pengajar di beberapa kampus bergengsi di Jakarta, tutup usia pada 6 September 1965, dia tak meninggalkan warisan harta apapun untuk keluarganya.

Djokosoetono adalah orang terdidik yang hidup sederhana di zaman negara masih sulit. Rasa iba para koleganya di beberapa lembaga membuat mereka ingin memberikan sesuatu kepada istri Djokosoetono.

Dari beberapa pegawai di salah satu tempat Djokosoetono mengajar, Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Akademi Hukum Militer (AHM), Alberthiene Endah dalam Sang Burung Biru (2012:47), istri Djokosoetono, Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, dihadiahi dua mobil, yakni sedan Opel dan Mercedes.

Sebelumnya Mutiara bisa membeli bemo pada 1962 dan bemo itu digunakan dua anaknya, Purnomo Prawiro dan Chandra Suharto, untuk dijadikan angkutan umum antara Harmoni-Kota. Hadiah mobil itu membuat Mutiara mengajak anak-anaknya rapat. 

"Kalian semua sudah sama-sama tahu bahwa kita mendapatkan hadiah dua buah mobil dari pemerintah. Beberapa hari ini Ibu terus berpikir hendak kita manfaatkan seperti apa dua mobil ini. Sekarang Ibu sudah punya satu ide. Semoga kalian setuju," kata Mutiara. "Ide apa, Bu?" tanya Chandra. "Ibu akan menjadikan dua sedan kita sebagai... taksi," jawab Mutiara. Marcedes dan Opel itu pun jadi semacam taksi gelap.

Demi bisnis kecil-kecilan itu supir pun direkrut, namun Chandra dan Purnomo kadang ikut menyupiri. Taksi itu akan beroperasi jika ada order lewat telepon ke rumah Mutiara. Semua penghuni rumahnya harus siap menjadi operator telepon untuk taksi itu. Usaha mereka mulanya hendak dinamai Chandra Taksi.

Setelah Ali Sadikin berusaha mengatasi taksi gelap sekitar 1971 dengan taksi meteran, keluarga Mutiara pun melibatkan diri. Ketika ada aturan jumlah minimal taksi harus 100, sementara Mutiara hanya punya 60 taksi saja. Hingga Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJR) dan Gubernur DKI Ali Sadikin menolak taksi milik Muatiara.

Beruntungnya, Mutiara bertemu dengan mantan murid suaminya yang bekerja di Bank Bumi Daya. Pertemuan itu berlanjut dengan peminjaman Mutiara ke Bank Bumi Daya, yang karenanya jumlah taksinya terpenuhi dan izin pun turun. Setelah 1 Mei 1972, taksi-taksi Mutiara yang dinamakan Blue Bird kemudian beroperasi di Jakarta. Blue Bird tentu saja sudah punya saingan, yakni perusahaan taksi lain yang resmi. 

Taksi Blue Bird muncul dalam beberapa film Indonesia di era 1970-1980-an. Hingga Blue Bird pun tak hanya dikenal di Jakarta saja, tapi juga di luar Jakarta yang kala itu Blue Bird belum menjamur di daerah-daerah. Blue Bird pun kemudian menjadi perusahaan transportasi yang cukup besar di Indonesia.

Paruh kedua era 1970-an Blue Bird sudah memiliki 200 taksi dan pada 1978 mencapai 500 taksi. Pada 1985 jumlahnya naik lagi menjadi 2000 taksi. Chandra Taksi lalu diubah namanya menjadi Golden Bird. Di dalam Blue Bird Group setidaknya terdapat Big Bird, Pusaka Blue Bird, Silver Bird, Golden Bird, Iron Bird.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


[Gambas:Video CNBC]

(pmt/pmt)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading