Raja Properti RI: Agung Podomoro Berawal dari Proyek Sunter

Jakarta, CNBC Indonesia - Thong Sit Lim juga termasuk korban Perang Dunia II di Indonesia. Ayahnya, Thong A Nyie seorang pedagang kelontong dan agen batu di Kebayoran, ditangkap tentara Jepang dan tak bisa kembali membesarkan anak-anaknya, hingga sekolahnya macet karena harus menggantikan posisi ayahnya sebagai tulang punggung keluarga.
"Ia membantu ibunya berjualan daging, batik, karung dan lain lain," tulis Sam Setyautama dalam Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia (2008:431). Dia melakukannya hal itu hingga tahun 1954. Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1983-1984 (1984:241) menyebut pada 1960 dia mendirikan sebuah toko sandang pangan bernama Kebayoran Lama.
Pria kelahiran Jakarta 5 Juli 1926 dan lalu dikenal sebagai Anton Haliman ini di tahun 1960-an sudah menjajagi bisnis Real Estate, ketika menjadi General Manager di PT Sumber Tjahjono, yang merupakan anak usaha dari Yayasan Jenderal Sudirman. Sebvelum 1965, dia sudah pernah memimpin beberapa perusahaan. Pada 1968, dia mulai jadi pengembang perumahan 1-2 hektare. Pelan-pelan garapannya mencapai 20 hektar.
Anton, seperti diakui dalam Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1983-1984, "mengubah rawa dan hutan belantara menjadi perumahan, perkantoran, pertokoan, sekolah dan arena olahraga." Pada 1973 dia serius dalam bisnis real estate itu dengan mendirikan PT Agung Podomoro.
Anton Haliman dan Agung Podomoro adalah pengembang dari kawasan sepi bernama Sunter, Jakarta Utara. Lahan yang digarap Agung Podomoro itu seluas 300 hektare. Sebelum 1970-an, Sunter termasuk daerah pinggiran dari kota Jakarta, namun kemudian Jakarta nyaris tak punya pinggiran lagi sebagai kota yang ramai.
Sebelum digarap Agung Podomoro, Sunter tentu punya reputasi sebagai "tempat jin buang anak" dan di zaman kolonial pernah dijadikan tempat latihan militer bahkan jadi tempat kejahatan. Sunter dan beberapa daerah lain di sekitarnya (seperti Kelapa Gading dan Cilincing), menurut buku Pelita I Jakarta Utara, 1 April 1969-31 Maret 1974 (1974) pernah hendak dijadikan daerah pertanian.
Liem Sioe Liong dan Djuhar Sutanto pernah menawarkan lahan di Sunter untuk digarap Ciputra. Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Long dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto (2016:) menyebut tawaran itu ditolak Ciputra dengan mengatakan, "Sunter tidak bagus." Kala itu Sunter adalah daerah rawa. Ciputra bersama Liem dan Djuhar lalu Bintaro atau Pondok Indah.
Sunter yang kata Ciputra tidak bagus itu, digarap PT Agung Podomoro menjadi perumahan dan kawasan niaga yang cukup penting di Jakarta Utara. Selain Sunter, kawasan yang digarap PT Agung Podomoro, kemudian kawan Senayan City digarap perusahaan Anton lain yang berdiri pada 1969, PT Indofica Housing.
Dari tahun ke tahun, bisnis real estate-nya berkembang menjadi besar. Setelah Anton Haliman tutup usia pada 1999, PT Agung Podomoro diteruskan oleh Thong Sin Lung alias Trihatma Kusuma Haliman, putra Anton Haliman.
Pria kelahiran Jakarta 6 Januari 1952 pernah kuliah arsitektur di Universitas Trier, Kaiserlautern, Jerman dari 1970 hingga 1973 dan kemudian dipanggil pulang ayahnya. Ketika PT Agung Podomoro baru berdiri. Seperti ayahnya, Trihatma juga ikut membangun PT Agung Podomoro hingga beranak-pinak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pmt/pmt)
[Gambas:Video CNBC]
