CNBC Insight

Percaya Mertua Soekarno Bawa Hoki, Orang Terkaya RI Lakukan Ini

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
Jumat, 28/06/2024 11:55 WIB
Foto: Presiden pertama Indonesia Soekarno saat bertemu Presiden Prancis Jenderal de Gaulle Di Istana Elysée, di Paris, Prancis, pada 21 Juni 1963. (File Foto - Gamma-Keystone via Getty Images/Keystone-France)

Jakarta, CNBC Indonesia - Soekarno dianggap sebagai figur pemilik daya tarik besar sampai ke ranah magis-spiritual. Tak sedikit orang menganggap dirinya bisa membawa keberuntungan.

Dalam berbagai kasus ada orang datang ke Soekarno untuk meminta air yang bisa membawa kesembuhan. Ada pula ibu hamil menyantap makanan bekas Soekarno supaya anaknya mengikuti jejak proklamator itu. 


Anggapan seperti ini rupanya tak hanya terjadi pada figur Soekarno semata. Keluarga Soekarno lain juga terdampak hal ini, salah satunya melibatkan mertua Soekarno, Hasan Din, dan orang terkaya Indonesia masa Orde Baru, Sudono Salim.

Bagaimana ceritanya?

Hasan Din merupakan ayah dari Fatmawati. Belakangan, Fatmawati dinikahi gurunya bernama Soekarno yang kelak jadi Presiden Indonesia.

Untuk hidup sehari-hari, Hasan berprofesi sebagai pengusaha. Profesi ini dilakoni setelah berhenti bekerja di Borneo Sumatra Maatschappij (Borsumij) sebagai juru tulis. Dia berbisnis bernama Abdul Karim Oei, pengusaha keturunan Tionghoa. 

Di masa sulit, sekitar tahun 1946-1948, keduanya mengelola Bank Muslimin Indonesia di Bengkulu.  Abdul Karim Oei dalam Mengabdi Agama, Nusa dan Bangsa: Sahabat Karib Bung Karno (1982:121) menyebut, bank tersebut digunakan mereka untuk membantu menambah kas pemerintah Indonesia.

Ketika situasi normal, keduanya mendirikan perusahaan dagang cengkeh, PT Mega, pada 1950. Nama Mega diambil dari nama cucu Hasan dan anak Soekarno, yakni Megawati yang kelak jadi Presiden Indonesia ke-5. 

"Namanya Mega. Ya, NV Mega. Mega adalah nama anak Bapak Presiden. Semua orang kenal siapa Mega," kata Hasan Din.

Perkenalan Hasan Din dengan Sudono Salim alias Liem Sioe Liong terjadi saat Perang Kemerdekaan dan secara tak sengaja. 

Kala itu, Hasan Din dan Abdul Karim Oei jadi buruan tentara Belanda. Agar tak ditangkap, mereka dilindungi oleh pengusaha di Kudus bernama Sudono Salim berkat permintaan organisasi Tionghoa. Salim yang punya pengaruh kuat dan pandai memegang rahasia awalnya tak tahu siapa yang bakal dilindungi. Sampai akhirnya, Salim tahu bahwa orang tersebut adalah Hasan Din, mertua orang nomor satu di Indonesia. Keduanya langsung akrab. 

Dari keakraban secara personal, keduanya menjalin hubungan secara bisnis. Di mata Salim, mertua Soekarno itu orang baik. 

Hasan pernah diperkenalkan Salim kepada para tentara anak buah Soeharto di Divisi Diponegoro, yang bisa menambah jaringan bisnis. Salim juga pernah diperkenalkan Hasan kepada Soekarno, hingga dirinya kenal baik meski tak mendapat perlakuan istimewa. 

Atas fakta demikian, Salim juga menyebut Hasan sebagai pembawa hoki.

"Datuk (Hasan Din) orang baik. Ketika bertemu dengannya saya merasa senang. Dia membawa hoki bagi saya," kata Salim, seperti dicatat Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto (2016:89). 

Tak heran, kelak Hasan Din jadi mitra bisnis pribumi pertama Salim.  Mitra ini terjalin lewat PT Mega, tempat keduanya berbisnis cengkeh. Saat sudah mulai membangun bisnis, Salim menempatkan Hasan di posisi khusus berbagai perusahaan. Mulai dari direktur hingga komisaris. Salah satu perusahaan yang diduduki Hasan sebagai direktur adalah NV Bank Asia, kelak jadi BCA bank swasta terbesar di Indonesia. 

Kepercayaan Hasan sebagai pembawa hoki terus berlangsung ketika Salim sudah berjaya tahun 1970-an. Dia tidak meninggalkan sahabat baiknya. Pada periode itu, pria kelahiran 16 Juli 1916 membeli PT Mega dari tangan Hasan dan masih mempercayakan kakek Megawati itu sebagai Direktur Utama.  

"Liem selalu memandang PT Mega sebagai pembawa kemujuran baginya. Dia menolak membubarkan perusahaan itu meskipun nyaris mati suri," tulis Borsuk dan Chng. 

Kepercayaan mertua Soekarno sebagai pembawa hoki jadi satu dari banyak kepercayaan Salim lainnya terhadap ritus aspek keberuntungan ala China itu. Pada akhirnya, berkat kepiawaian bisnis, kebetulan atau tidak, dan juga atas kepercayaan hoki, Salim sukses menjadi pengusaha terbesar di Indonesia.

Majalah Eksekutif pada 1993 menempatkannya sebagai orang terkaya ke-1 di Indonesia dengan harta Rp24,5 triliun. Tentu uang segitu sangat besar di zamannya. Hasan Din sendiri tak bisa melihat sahabatnya jadi orang besar dan sukses. Sebab dia wafat pada 1974. 


(mfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global