CNBC Insight

Meses atau Ceres? Produk Coklat Ini Ternyata dari Garut

Petrik, CNBC Indonesia
Kamis, 10/03/2022 15:25 WIB
Foto: Kreasi buatan cokelat dipajang di pameran cokelat "Le Salon du Chocolat - Chocoladesalon", di Brussels, Belgia, 21 Februari 2019. (REUTERS / Yves Herman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Garut adalah kota yang nyaman untuk dikunjungi orang-orang Eropa yang tinggal di Jawa termasuk di masa kolonial. Charlie Chaplin juga pernah ke kota ini. Selain itu, Garut adalah kota industri. Di Garut pernah ada pabrik tenun dan pabrik coklat yang cukup terkenal di Indonesia.

Pernah ada seorang Belanda yang mendirikan pabrik coklat di Garut. M Ma'ruf dalam 50 Great Bussines Ideas from Indonesia (2010) menyebut pabrik coklat itu berupa industri rumahan dengan nama usahanya NV Ceres. Ketika Jepang akan menyerang Indonesia pemiliknya yang orang Belanda itu berusaha menjual pabrik coklatnya itu. Itu terjadi sekitar 1941-1942. 

Orang yang membelinya adalah Ming Chee Chuang. Menurut catatan Forbes (26/08/2006), Ming Chee Chuang, adalah laki-laki asal Burma. Dia lari dari Burma dan menetap di Bandung di di zaman Hindia Belanda. Chuang menjalani hidup di masa-masa sulit dan setelah 1950, Chuang mengganti nama NV Ceres menjadi PT Perusahaan Industri Ceres.


Pada era 1950-an, coklat buatan Ceres sebagai cukup dikenal. "Konon, saking lezatnya Presiden Sukarno hanya mau memakan coklat buatan Chuang. Coklat racikan itu sebenarnya sederhana, berbahan kakao, gula susu yang diaduk-aduk. Tak ada yang istimewa dari cara Chuang membuat coklat yang lezat. Hanya saja memainkan temperatur pada alat-alat pemanas coklat," lanjut Ma'ruf.

Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 berlangsung di Bandung, Chuang dapat order coklat cukup banyak untuk dihidangkan. Chuang kemudian memindahkan pabriknya dari Garut ke Bandung. Bisnis coklat Chuang dan Ceres-nya kemudian berkembang dengan berbagai mereknya yang diminati masyarakat.

Ceres milik Chuang juga berdagang biskuit. Ahmad Fuad Afdhal dalam Mitos-mitos Bisnis: Antara Fakta dan Teori (2004) menyebut Ceres memakai merek Ritz untuk biskuit wafer dan coklat yang mereka produksi pada 1951. Biskuit wafer Ritz sendiri sudah ada sejak 1949 dan diproduksi orang Belanda. Nabisco Foods juga mengklaim merek Ritz. Belakangan Ritz menjadi merek Ceres.

Ceres yang dipimpin Chuang pada 1950-an merasakan kesulitan memproduksi coklat batangan yang kokoh karena cuaca tropis Indonesia. Mesin pendingin di tahun 1950-an tentu tak secanggih sekarang. 

"Chuang tidak kekurangan akal. Dia mencampur adonan coklat dengan kacang mede yang membuat coklat batangan seperti beton bertulang kuat dan akhirnya membuat Silver Queen unik," tulis Ma'ruf. Kacang mede atau mete termasuk kacang yang bisa didapat di Indonesia.

Coklat ini saat ini termasuk coklat dengan harga terjangkau kantong kebanyakan orang Indonesia. Di masa lalu iklannya menyebut: Bukan Hidup untuk makan segala macam coklat. Juga bukan makan coklat untuk hidup. Akan tetapi hidup sekali untuk menikmati rasa coklat Silver Queen.

Selain Silver Queen, produk Ceres yang dikenal kebanyakan rakyat Indonesia adalah meises atau meses bermerek Ceres. Meises atau meses diartikan adalah butiran-butiran coklat. Biasanya sebagai menghiasi kue atau roti.

Hebatnya, untuk menyebut meises atau meses, yang agak sulit dilafalkan lidah kebanyakan orang Indonesia, membuat sebagian orang Indonesia kemudian menyebut meises atau meses itu sebagai Ceres. Padahal Ceres adalah salah merek meises atau meses. Kondisi membuat semua meses adalah Ceres. 

Coklat batangan buatan Ceres yang diminati anak-anak Indonesia adalah coklat cap ayam jago. Selain cap ayam jago, Silver Queen dan meses Ceres, produk lain dari Ceres adalah: Ritz, Delfi, Chunky, wafer Briko, Top, biskuit Selamat. Ming Chee Chuang mewariskan Ceres kepada anak-anaknya. Anak Chuang mendirikan Petra Food dan kantor pusatnya berada di Singapura. PT Ceres termasuk anak perusahaan Petra Food.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(pmt/pmt)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global