CNBC Insight

Es Batu Impor Banjiri Hotel di Jakarta Zaman Dulu, Kok Bisa?

Petrik M, CNBC Indonesia
Selasa, 01/03/2022 14:25 WIB
Foto: Cover Insight/ Es Batu/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Hotel de Provence di Batavia (sebutan Jakarta tempo dulu), pada 1846 menjadi lebih semarak. Di tahun 1945 ada barang aneh yang menarik untuk dinikmati pengunjungnya. Bukan live music atau makanan lezatnya tapi es batu.

Sebelum kulkas di miliki banyak orang di Indonesia setelah abad ke-20, es batu tentu menjadi barang ajaib di Hindia Belanda. Tak hanya bagi orang pribumi yang belum pernah lihat es, tapi juga orang-orang Belanda. Kecuali Papua yang punya kawasan gunung es bersalju di Pegunungan Jayawijaya, daerah lain di Indonesia mustahil menemukan es batu di zaman Hindia Belanda.

"Es memang menjadi salah satu sajian andalan Hotel de Provence setiap malam yang secara khusus disajikan di Salon des Glace diiringi permainan musik," tulis Ahmad Sunjayadi dalam artikelnya Kuliner dalam Pariwisata Kolonial di Hindia Belanda yang termuat dalam buku Titik Balik Historiografi di Indonesia (2008:35).


Iklan sajian es batu itu ada di koran Java Courant (22/12/1846), seperti dikutip Ahmad Sunjayadi. Iklan itu menyebut: hari Kamis mendatang beberapa musisi akan memainkan musik di Salon de Glaces. Hotel de Provence. Berbagai macam es akan disediakan sepanjang malam.

Masuknya es batu ke Batavia, untuk disajikan kepada tamu-tamu hotel itu, tak lain juga atas ide dari Etienne Chaulan. Begitu Ahmad Sunjayadi. Etienne adalah anak dari seorang juru masak di Hotel de Provence bernama Surleon Antoine Chaulan.

Hotel yang terletak di di sekitar Istana Gubernur Jenderal, yang kini jadi komplek Istana Merdeka. Hotel itu lalu dibeli Etienne pada 1845, lewat pelelangan. Di situlah Etienne juga menjadi penjual es batu secara eksklusif di Hindia Belanda.

Mengenai es-es yang datang ke Indonesia itu, menurut Denys Lombard dalam Nusa Jawa: Jaringan Asia (2008:322) masuk ke Indonesia pada era Hindia Belanda dalam bentuk balok-balok es. Di antaranya dibawa dari Boston, Amerika.

Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) alias perusahaan dagang Belanda, disebut dalam Verslag van het Beheer en den Staat der Nederlandsche Bezittingen en Kolonien in Oost en West en ter Kust van Guinea over 1852(1856:65) pernah diminta mengatur pembelian 600 ton es batu dari Amerika Utara. Tiap 150 ton ada premi 1000 gulden.

Kala itu air es disebut sebagai aijerbatoe (maksudnya air batu) di Indonesia.

Bataviaasch handelsblad (25/08/1866) merilis iklan penjualan es batu itu. Harganya lima sen untuk satu pon di daerah kota, belakang De Javasche Bank (Bank Indonesia).

Setelah alat pembuat es masuk ke Hindia Belanda dan pabrik-pabrik es bermunculan, es batu bukan hal luar biasa bagi orang-orang kaya Hindia Belanda. Namun, banyak orang di Hindia Belanda yang panas pasti ingin mencicipi minuman dengan es batu. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(pmt/pmt)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global


Related Articles