Raja Ritel RI: Toko Hero, Kisah Ulet Suami-Istri Mulai Bisnis

Jakarta, CNBC Indonesia - Berdagang adalah jalan yang umum dilalui oleh orang Tionghoa di Indonesia. Muhammad Saleh Kurnia salah satunya. Apalagi setelah dia tinggalkan Cibadak, Sukabumi setelah rumahnya dibom tentara Inggris dan harus hidup di Jakarta.
Sejak belia dia belajar bagaimana sebuah toko kelontong harus dijalankan. Setelah beranjak besar, laki-laki kelahiran 1 Desember 1935 ini, pada 1954 mendirikan sebuah usaha bernama CV Hero. Sebelum 1959 dia berkongsi dengan abangnya, Wu Guo Chang. Sejarah hidup Kurnia mirip dengan Dick Gelael, yang berjuang pada masa-masa yang sama.
Kurnia muda mengamati para konsumen di Indonesia. Jenis konsumen yang mengusiknya adalah orang-orang kaya, yakni orang-orang bule yang kini digolongkan orang Indonesia sebagai ekspatriat, yang sering pulang pergi Jakarta Singapura hanya untuk belanja makanan dan minuman impor.
"Kita boleh siapkan sejumlah dagangan dan menjualnya, agar mempermudah mereka untuk menyiapkan makanan sehari-hari. Tidak membuat mereka repot di dapur dan tak perlu sering terbang ke Singapura untuk berbelanja. Bukankah itu akan membuat mereka lebih tenang bekerja di sini?" pikir Kurnia, seperti tercatat dalam buku Perintis Ritel Modern Indonesia: Memoar Pendiri Grup HERO (2003: 94). Istrinya, Nurhajati, menanggapi pertanyaan itu dengan pertanyaan, "sanggupkah kita melakukannya?"
Pasangan suami istri itu, terpengaruh saran kawan mereka, seorang bule Kanada, Charles Turton untuk melakukan survei ke Singapura. Kurnia dan Nurhajati lalu survei ke Singapura untuk mencari tahu lebih banyak tempat perbelanjaan yang dikunjungi.
Setelahnya, mereka toko swalayan Jalan Falatehan No. 23, Kebayoran baru, Jakarta Selatan, pada 23 Agustus 1971. Pekerja mereka awalnya hanya 16 orang. Barang dagangannya adalah barang yang dibutuhkan para bule yang tinggal di Indonesia. Nama toko itu adalah Hero.
Tak hanya toko, mereka kemudian juga membangun gudang khusus untuk mengawetkan makanan. Hal itu dilakukan setelah adanya makanan yang tidak terjual karena tidak segar.
Bisnis Kurnia ini kemudian mendobrak kebiasaan supermarket yang tutup pada hari Minggu pada era 1970-an. Padahal hari Minggu adalah hari yang penuh waktu luang untuk berbelanja bagi banyak pegawai.
Kurnia melihat kondisi tersebut sebagai peluang. Kemudian dia mengatur jadwal kerja karyawannya agar Hero buka pada Minggu. Saat ini supermarket selalu ramai di hari Minggu ketimbang di hari-hari kerja karyawan.
Hero kemudian berkembang. Pada era 1980-an, Hero punya 9 cabang di Jakarta. Itu baru awalnya. Era 1990-an Hero kemudian buka cabang di kota-kota lain. Hero menjadi supermarket yang cukup dikenal di Indonesia sebelum banyak pesaing seperti hari ini.
Hero bahkan pernah menjadi pusat perbelanjaan yang cukup bergengsi bagi kelas menengah Indonesia. Pada 1989, Hero mulai melantai di bursa efek Jakarta dengan kode HERO. Nama perusahaan yang menaungi Hero sendiri adalah PT Hero Supermarket Tbk.
Kini Hero mau tak mau harus bersaing dengan banyak ritel yang berani turun ke kelas bawah. Bahkan saat ada ritel yang membuka ritel di banyak titik pemukiman penduduk atau tempat keramaian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pmt/pmt)
[Gambas:Video CNBC]