CNBC Insight

Raja Otomotif RI: Kisah Indomobil Jatuh ke Tangan Om Liem

Petrik M, CNBC Indonesia
16 February 2022 18:35
Cover Insight, Indomobil
Foto: Cover Topik/ Indomobil/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Dari judi yang dulu dilegalkan Pemda DKI Jakarta, Lauw Tjin Ho alias Atang Latif banyak dapat uang. Dia pernah mengelola kasino Copacobana di Ancol dan beberapa kasino lain pada masa lalu. Atang Latif dikenal sebagai pengusaha kasino yang bersahaja. Dia bukan orang yang suka membuang uang dengan percuma, meski itu hasil judi.

Atang Latif yang tak terjamah pendidikan sekolah, pada 1970-an sudah dekat dengan Soebronto Laras alias Yonto, yang pernah sekolah di Inggris. Yonto mulanya jadi asisten Atang Latif. Lalu, Yonto ikut membantu bisnis plastik Atang Latif, First Chemical Industry.

Sekitar tahun 1976, Atang mendatangi Yonto. "Ini Suzuki mau dijual. Ayo kita pergi melihat," kata Atang.

Saat itu distribusi kendaraan Suzuki di Indonesia dipegang oleh Indo Hero milik Ngudi Gunawan, pemilik Hero Supermarket. Indo Hero punya masalah utang dengan Bank Bumi Daya. Atang dan Yonto pun menyambangi pabrik perakitan Suzuki di Pulogadung dan kantornya.

"Pada waktu itu kami diminta mengambil alih," aku Soebronto Laras dalam Soebronto Laras Meretas Dunia Otomotif Indonesia (2005:99). Yonto ragu karena utang mencapai miliaran rupiah (yang sangat besar untuk ukuran zaman itu), tapi Atang malah bersemangat untuk mengambil alih dan memberi pelajaran pada Yonto yang lebih muda darinya.

"Bego lu, kamu tahu nggak perusahaan ini seperti gajah dan gajah mati masih meninggalkan gading. Lu anggap aja ini gajah. Ambil! Lu jadiin bangkai kan juga masih ada harganya. Gampang kan?" Kata Atang Latif. Yonto pun disuruh memimpin perusahaan bermasalah yang belakangan dikenal sebagai Indomobil itu.

Yonto pun jadi sering berhubungan dengan Osamu Suzuki pemimpin Suzuki di Jepang. Produksi perakitan pun berjalan dan disusul dengan distribusinya. Fokus awal perusahaan itu adalah menjual sepeda motor terlebih dahulu. Pada 1980-an, dalam rangka memasarkan produk sepeda motor Suzuki, perusahaan kerap mengadakan balap motorcross di beberapa daerah.

Memasarkan sepeda motor di luar merek Honda bukan hal gampang. Soebronto Laras mengaku bahwa penjualan sepeda motor di Indonesia sangat didominasi Honda sebagai raja 4 tak kala  itu. Untuk pasar 2 tak, Suzuki harus berbagi dengan Yamaha, Kawasaki dan Vespa.

Setelah penjualan sepeda motor berjalan, maka terpikir untuk menjual mobil dalam besar di pasaran Indonesia. Meski saingannya adalah Mitsubishi dan Toyota sangat sulit dilawan di pasaran Indonesia. Mula-mula Yonto dan perusahaan menawarkan carry ST-100 ke pasaran. Hasil awalnya buruk. Yonto berjuang mencari celah lain dalam bisnis mobil.

"Pada 1978 awal, terjadi panen cengkeh di Manado. Ketika merek lain sibuk di Jakarta dan di Jawa, dan mereka tidak memikirkan daerah saya langsung masuk ke Sulawesi Utara," aku Soebronto (2005:110). Sebanyak 3.000 unit Carry ST-100 terjual di sana. Dari Manado, Carry yang mampu melalui tanjakan itu lalu berjaya di daerah lain.

Namun, Atang Latif tak bisa terus dalam bisnis kendaraan Suzuki-nya bersama Yonto. Bisnis judi kasino Atang Latif suram pada 1982, ketika Presiden Soeharto memerintahkan penutupan kasino. Atang Latif yang butuh banyak uang itu kemudian berpikir untuk menjual usahanya yang diurus Yonto.

Sementara itu, Liem Sioe Liong alias Sudono Salim, ayah dari Anthony Salim, sedang ingin bisnis otomotif. Setelah sukses dalam industri tepung terigu Bogasari. Liem kemudian masuk dan membeli usaha Atang Latif yang sedang butuh uang. Namun Yonto tetap dipercaya mengelola Indomobil.

Di bawah Yonto, terdapat Indomobil Utama yang merupakan agen tunggal mobil Suzuki di Indonesia dan Suzuki Indonesia Manufacturing yang memproduksi komponen sepeda motor. "Pada tahun 1990, kami lebur semuanya dalam dalam Indomobil Suzuki Internasional," aku Soebronto Laras (2005:103).

Oom Liem melangkah dengan mantap ke bisnis otomotif Indonesia pada 1980. Pada tahun itu, Richard Borsuk & Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto (2016:245), Liem membeli keagenan untuk mobil Mazda, truk Hino dan Land Rover dari Hasyim Ning.

"Setelah Indomobil mencapai krisis tertentu, Salim menambahkan Datsun (yang kemudian menjadi Nissan) dan merek-merek lain," tulis Richard Borsuk & Nancy Chng. Belakangan Indomobil punya 90 anak perusahaan. Meski di Indonesia Indomobil hanya kuasai 20% pasaran mobil dan masih di bawah Astra.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pmt/pmt)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Recommendation
Most Popular