CNBC Insight

Terungkap! HOS Tjokroaminoto Ternyata Pernah Bisnis Kos-kosan

Petrik M, CNBC Indonesia
Selasa, 15/02/2022 13:40 WIB
Foto: HOS Tjokroaminoto (Tangkapan Layar Pahlawan Center/Kemsos via detik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejarah nasional Indonesia sudah pasti menyebut Haji Omar Said Tjokroaminoto (1882-1934) sebagai seorang tokoh pergerakan nasional. Dalam pergerakan nasional Tjokroaminoto sebenarnya juga bergerak bersama para pedagang yang berhimpun dalam Sarekat Islam.

Tjokroaminoto sejak awal sudah menyalahi apa yang digariskan oleh paraorangtua dari kalangan priyayi. Raden Omar Said Tjokroaminoto adalah lulusan dari sekolah pamongpraja bernama Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) Magelang yang lulusannya jadi PNS kolonial.

Setelah lulus dari sekolah itu, Tjokroaminoto sempat tiga tahun jadi juru tulis patih Ngawi. Dia bukannya bertahan bekerja di pemerintahan dia malah keluar dan pindah ke Surabaya. Dia sempat belajar teknik mesin di sekolah malam Burgerlijk Avondschool sambil bekerja di firma Inggris Kooy & Co. Tjokro tidak bertahan lama di firma itu. Begitu juga sebagai teknisi di pabrik gula Rogojampi.


Menjadi karyawan bukan masa depannya. Tjokroaminoto nyatanya sukses menjadi penulis yang tulisannya dimuat di koran macam Bintang Soerabaja sejak 1912 dan cukup menggetarkan pemerintah kolonial. Di luar itu dia terlibat dalam perdagangan juga.

"Kegagalan sebagai karyawan kemudian mendorong dia untuk berdagang. Dalam aktivitas sebagai pedagang itulah dia bertemu dengan Samahudi, lalu menjalin hubungan layaknya sesama pedagang," tulis Syafrizal Dahlan dalam buku Bangkitnya Enterprenur Nasionalis (2017:509). Namun, kiprah Tjokroaminoto di bidang perdagangan tidak sekentara perannya di dunia jurnalistik dan politik bersama Sarekat Islam.

Haji Samanhudi mengajak Tjokroaminoto untuk masuk dalam jaringan pedagang Sarekat Dagang Islam (SDI), yang lalu jadi Sarekat Islam (SI). Dalam hitungan tahun, Tjokro tidak hanya menjadi pemimpin SI tapi membuat SI menjadi lebih besar dan diperhitungkan pemerintah kolonial.

Tjokroaminoto kemudian juga dipercayai mengelola koran Oetoesan Hindia, milik jaringan SI, yang punya penghasilan dari iklan. Tjokro juga kemudian mengelola Fadjar Asia. Tjokro sebagai pemimpin redaksi dan salah satu redakturnya adalah Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo. Meski tak menonjol sebagai pedagang, mengelola sebuah suratkabar juga membutuhkan naluri bisnis.

Sebagai seorang partikelir yang mengurus sebuah partai besar di Hindia Belanda dan juga surat kabar, Tjokroaminoto menghidupi keluarganya juga dengan cara menyewakan kamar kos di rumahnya di Jalan Paneleh Surabaya. Paneleh, dan Plampitan di dekatnya, adalah kampung pedagang bumiputra.

"Rumah itu dibagi menjadi sepuluh kamar-kamar kecil, termasuk yang di loteng. Keluarga Pak Tjokro tinggal di depan. Kami anak-anak kos di belakang," daku Sukarno dalam buku autobiografi Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat yang disusun Cindy Adam (2011:41). Mereka yang kos di sana biasanya anak sekolah di sekolah elit Belanda di kota Surabaya. 

Seingat Sukarno, besar biaya pondokan di sana adalah 11 rupiah. Kala itu satu rupiah setara 1 gulden. Itu sudah termasuk uang makan. Kondisi kamarnya, menurut Sukarno sangat buruk. Kamarnya tanpa kasur dan para penghuni yang adalah laki-laki muda tidur beralaskan tikar pandan. 

Selain Sukarno, yang pernah kos di sana adalah Musso. Baik Musso dan Sukarno belakangan menjadi politisi besar era 1940-an di Indonesia. Hanya saja Musso terbunuh pada 1948 dan Sukarno terus jadi Presiden. Tjokro mungkin tak memberikan kos yang enak dan nyaman, tapi bagi pemuda macam Sukarno dan Musso, Tjokro memberikan ilmu. 

Selain para penghuni tetap yang biasanya ketika indekos berstatus sebagai pelajar, beberapa pemuda silih berganti ke rumah Tjokro. Diantaranya Alimin, yang menjadi Ketua Umum Partai Komunis Indonesia (PKI) pertama dan Kartosuwiryo. Mereka datang dan pergi pada tahun-tahun yang berbeda.

Mereka yang indekos di rumah Tjokro itu belajar banyak dari Tjokro. Baik perkara politik maupun jurnalistik seperti Alimin. Juga menjadi Singa Podium seperti Sukarno. Jadi selain sebagai bapak kos, Tjokro menjadi guru dalam pergerakan nasional bagi sebagian anak-anak kosnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(pmt/pmt)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global