Ketua OJK Bicara Proyeksi Ekonomi RI Hingga Arah Pasar Modal

Monica Wareza, CNBC Indonesia
Rabu, 11/08/2021 19:30 WIB
Foto: Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) pekan lalu. BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 mencapai 7,07%.

Data itu merupakan capaian positif di tengah lonjakan kasus Covid-19 di berbagai daerah di tanah air. Bagi Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso, realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan kedua tahun ini tak lepas dari basis rendah pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 sebesar -5,3%.

"Kita tetap harus berupaya keras agar di perkembangan di kuartal ketiga dan kuartal keempat nanti ini masih tetap memberikan optimisme kepada kita semua," ujar Wimboh dalam wawancara khusus dengan CNBC Indonesia dalam program Power Lunch pada, Selasa (10/8/2021).

Dalam kesempatan itu, dia pun bicara soal ketahanan sektor jasa keuangan, termasuk pasar modal tanah air. Wimboh juga berbicara perihal tren restrukturisasi kredit dan kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia.

Simak petikan wawancaranya berikut ini:

Bagaimana OJK memaknai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sudah lepas dari resesi?
Kita ikut memberikan pandangan yang positif tentang ekonomi Indonesia terutama hasil capaian yang kuartal II-2021 ini di mana (pertumbuhan ekonomi) mencapai 7,07%. Kita tahu bahwa perkembangan yang cukup besar di kuartal II ini berdasarkan pada basis kuartal II-2020 yang (tumbuh) -5,3%.

Kita tetap harus berupaya keras agar perkembangan di kuartal II dan kuartal IV nanti ini masih tetap memberikan optimisme kepada kita semua. Selain itu kita harus berupaya keras agar sumber pertumbuhan berikutnya kita dorong lebih cepat dengan berbagai upaya kita terutama dari sektor keuangan.

Kalau kita flashback pertumbuhan yang terjadi selama ini di kuartal II-2021, sebanyak 55,7% itu didukung pengeluaran konsumsi rumah tangga yang ini menyebabkan pertumbuhan kita cukup tinggi dan ini merupakan komponen terbesar yang harus kita dorong ke depan. Selain tentunya komponen-komponen lain di antaranya adalah ekspor, impor, dan sebagainya.

Tapi kita tahu bahwa pertumbuhan domestik kita ini lebih didorong oleh sumber-sumber domestik. Karena ekspor ini memberikan porsi, kalau kita lihat ekspor barang jasa, 20,31% dan impornya 19% dari porsi PDB kita. Untuk itu, untuk mengangkat PDB kita ke depan masih didasarkan kepada pertumbuhan domestik terutama yang didorong oleh konsumsi.

Di samping itu, investasi juga penting. Memang harus kita dorong juga sehingga investasi bisa juga menciptakan multiplier effect kepada pertumbuhan di sektor lain terutama konsumsi maupun untuk ekspor ke depan. Tapi ini membutuhkan waktu lama.

Instantly, yang bisa kita dorong adalah spending pemerintah maupun private yang kita yakini ini bisa cepat sehingga bisa memberikan kompensasi pertumbuhan kita di kuartal III dan kuartal IV. Tapi kita tahu konsumsi ini sangat berhubungan dengan mobility. Artinya kalau mobility bebas, artinya itu ruang konsumsi bisa lebih lebar lagi. Kalau mobility kita terbatas sehingga konsumsi tentunya akan juga mengalami kendala.

Untuk itu, bagaimana dengan mobility kita yang terbatas, faktor utama, beberapa waktu depan sampai kuartal III dan kuartal IV mudah-mudahan bisa memberikan ruang meskipun dengan mobility terbatas kita bisa memberikan ruang konsumsi lebih besar terutama belanja-belanja pemerintah, pemerintah daerah dan juga belanja masyarakat meskipun tidak harus diikuti dengan mobility.



Di antaranya sektor konstruksi masih tetap bisa kita lakukan dan juga sektor-sektor pembangunan yang lain masih kita lakukan. Sehingga ini bisa untuk multiplier, terutama di pembangunan perumahan karena kemarin di awal tahun kita sudah memberikan insentif untuk properti mendapatkan kemudahan-kemudahan sehingga kita harapkan pembangunan rumah akan marak dan memberikan multiplier tinggi terhadap penjualan semen dan mempekerjakan orang sehingga nanti itu mendorong ada konsumsi yang lebih besar lagi.

Untuk itu, kami tetap optimistis di kuartal IV-2021 ini pertumbuhan masih cukup tinggi di antara 4,5%-5,5% sekitar itu yang sebenarnya kita bisa lakukan tapi dengan upaya yang keras untuk agar tetap pertumbuhan domestik kita, konsumsi kita dorong yang lebih besar lagi.

Dan kita mempunyai ruang untuk memperluas basis pertumbuhan kita ke dalam sektor-sektor yang energi baru atau ekonomi baru yang melalui pasar modal di antaranya adalah perkembangan sektor startup atau digital maupun proyek-proyek yang ramah lingkungan bisa memberikan ruang yang lebih besar. Kalau memang perlu insentif bisa kasih yang lebih besar ya, baik melalui pembiayaan perbankan maupun melalui pasar modal ke depan.

Sehingga penting agar kita bisa memberikan sumber pertumbuhan ekonomi baru dan bagaimana kita mendorong konsumsi lebih besar lagi melalui berbagai pengeluaran atau pembiayaan pemerintah maupun swasta.

Seperti apa ketahanan sektor jasa keuangan dan pasar modal hingga akhir tahun dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia?
Dari pasar modal, angka-angkanya positif sampai angka terakhir, raising fund di pasar modal sudah mencapai Rp 118 triliun dari 27 emiten. Ini luar biasa, itu akhir Juli. Angka itu sama bahkan sudah berhenti di periode yang sama tahun lalu tahun. Tahun lalu itu hampir sama Rp 118 triliun, ini kita sampai Juli sudah Rp 118 triliun.

Bahkan sudah ada in the pipeline untuk listed di pasar modal itu ada Rp 53 triliun untuk sampai Desember. Sehingga punya ruang yang cukup leluasa untuk raising fund di pasar modal terutama sektor-sektor sekarang ini booming, yaitu sektor digital dan juga sektor-sektor yang ramah lingkungan.

Kita juga membuka ruang untuk raising fund di pasar modal sektor ritel dengan menggunakan Security Crowd Funding (SCF). Ini diperuntukkan bagi masyarakat yang milenial yang belum mempunyai track record perbankan yang cukup.

Ini silakan menghubungi kontrak-kontrak dengan pemerintah untuk mengeluarkan surat utang di pasar modal melalui platform digital yang kita sebut SCF. Jangka waktunya pendek mungkin satu tahun, satu bulan atau enam bulan. Dan ini dilakukan secara digital dari investornya juga untuk masuk ke pasar dengan menggunakan digital dan ini adalah ruang yang besar sekali, silakan.

Di pasar yang lain, kaitannya dengan perbankan, kami punya ruang yang cukup besar ya. Likuiditas kita cukup, tidak ada kendala likuiditas, tidak ada kendala permodalan. Tinggal bagaimana ini demand kita create sehingga masyarakat silakan untuk datang ke perbankan.

Ada beberapa sektor yang memang dalam proses pemulihan di antaranya sektor-sektor yang terimbas langsung adanya pandemi Covid-19 ini. Di antaranya adalah sektor yang relevan dengan tourism di antaranya adalah airline, hotel, restoran yang fine dining, dan persewaan mobil ini pasti terimbas karena turis mancanegara masih belum bisa dibuka, sehingga ruang itu masih sedikit, tidak leluasa. Untuk itu, di sektor itu kami minta bersabar. Silakan nanti pada saat sudah bangkit dan itu harus siap-siap untuk diberikan kredit.

Namun demikian, sektor-sektor lain antara lain konstruksi, perumahan dan sektor-sektor kendaraan bermotor, kredit konsumsi, kredit motor, kredit mobil, luar biasa meningkat tajam. Karena ini dampak dari kemarin kita keluarkan kebijakan di awal tahun bahwa memberikan ruang untuk kredit rumah, kredit motor, kredit mobil dengan pembebasan PPnBM dari pemerintah.

Untuk itu, ruang apalagi harus kita create, kita terbuka dan sangat akomodatif untuk mendorong ruang apa lagi untuk mendorong adanya pertumbuhan yang lebih besar untuk sisa waktu di kuartal III dan kuartal IV maupun di 2022.

Untuk itu saya optimis bahwa dengan kerja keras, dengan sinergi yang baik, seluruh pemangku kepentingan ya dan perbankan dari segi supply juga permodalan, likuiditas cukup, bahkan suku bunga juga cenderung akan turun terus dan juga akan kita dorong perbankan lebih efisien sehingga bisa memberikan penurunan suku bunga yang lebih besar lagi.



(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Pages