Bos KRAS Bicara Soal Industri Baja RI dan Kinerja Keuangan

Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
24 November 2018 13:17
Bos KRAS Bicara Soal Industri Baja RI dan Kinerja Keuangan
Foto: Silmy Karim (Ist Detik Finance)
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) baru saja menandatangani kerja sama dengan BUMN Karya untuk penyediaan baja sekitar 1-2 juta ton guna membangun proyek infrastruktur. Kerja sama ini diharapkan bisa membuat penjualan baja KRAS semakin membaik ke depannya.

Meski ada kepastian pembelian, Krakatau Steel masih bergelut dengan masalah kinerja keuangan yang masih merugi karena adanya praktik kecurangan yang dilakukan oleh eksportir baja asing untuk memasukkan baja ke dalam negeri. Hal ini memang membuat banyak pabrik baja lokal terancam gulung tikar.

Dalam acara Closing Bell CNBC Indonesia TV, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim membeberkan masalah pelik yang sedang dihadapi industri baja nasional dan strategi perusahaan untuk mencetak laba setelah lima tahun berturut-turut merugi. Berikut nukilan wawancaranya.

Apa sesungguhnya target MoU kali ini dengan BUMN karya, berapa besar kerjasama ini nanti bisa membuka serapan dari produksi Anda lebih baik di 2019 mungkin hingga di beberapa waktu ke depan?
 
yang pertama ini namanya adalah head of agreement antara kita Krakatau steel dengan BUMN karya, kita targetkan itu sekitar 1 sampai 2 juta ton itu terserap dalam projek BUMN karya, sebenarnya tujuannya adalah yang pertama untuk menata kembali industri baja atau market baja agar bisa bersaing secara fair, saat ini negara kita puya masalah dengan konteks industri baja nasional, sementara industri baja itu adalah mother of industri, jadi sangat penting bagi suatau negara, kalau kita lihat China, India yang saat ini sedang gencar melakukan pembangunan ekonomi kita melihat bahwa mereka concern dengan industri baja karena ini menyangkut kepada daya saing nasional atau daya saing industri nya.

Nah ini kalau kita tidak berhati-hati dalam mengolah industri baja atau tidak mengelola pasar baja maka ini dampaknya di kemudian hari industri nasional ini akan terancam karena masalah daya saing itu sendiri.

terus kemudian yang berikutnya adalah berkaitan dengan kualitas infrastruktur nasional, kita ketahu bahwa saat ini banyak sekali baja baja yang dihasilkan oleh produsen yang tidak memenuhi standar nasional, yaitu yang menggunakan induction furnace, nah ini juga sangat mengkhawatirkan kita ketika terjadi gempa, karena Krakatau Steel ini sangat kukuh dalam hal kualitas baja, nah ini akan memberikan jaminan kualitas kepada properti ataupun juga infrastruktur yang dikerjakan oleh BUMN Karya, membuat rasa aman, rasa nyaman dan juga bisa meningkatkan kredibilitas produk atau juga infrastruktur yang dihasilkan oleh BUMN karya.
 
Apakah ada ada treatment khusus yang kepada BUMN Karya?

Tentu kalau masalah pricing kita akan memberikan solusi competitive, dulu itu kan terkenal dengan harga yang cukup tinggi khususnya long product yang ditujukan untuk membangun infrastruktur, bangunan gitu, beton lah gitu.

Kalau Bahasa awamnya, kita akan beri pricing yang competitive tapi juga kita mendapatkan jaminan bahwa BUMN Karya akan menyerap, tentunya kita tidak bisa membanting seperti harga yang di induction furnace, jadi kita memberikan kualitas dengan harga yang competitive, kita tau bahwa Krakatau Steel itu adalah harga acuan daripada industry baja di nasional sehingga kita juga perlu memberikan jaminan kualitas yang tetap baik walaupun harganya kita berikan bersaing.
 
Mungkin bisa Anda beri range harga pasar, diskon berapa persen atau seperti apa?
 
Harga baja itu kan berfluktuatif saat ini kisarannya di Rp 10 ribu per Kg kalau untuk besi beton, kita tentunya menargetkan bisa mengejar sekitar 5 sampai 10 persen harga yang kiranya sudah menjadi harga Krakatau steel dengan berbagai macam cara, jadi kita melakukan investasi juga meningkatkan kapasitas daripada produksi KS di pabrik kami sehingga ini bisa menekan fix cost dan juga kita mencari sourcing yang bisa menekan harga.

Yang terpenting strategi kita adalah menguasai market, jadi kalau dulu kita menargetkan satu margin tertentu, kali ini strategi kita adalah menguasai marketnya dulu, memberika kualitas yang baik sehingga konsumen mendapatkan manfaat yang terbaik tanpa harus mengorbankan kualitas, ini bagus karena Indonesia sendiri kan sedang dalam mengembangkan infrastruktur, nah kita mendukung program pembangunan  infrastruktur yang competitive tapi juga berkualitas baik.
 
Bicara 1 sampai 2 juta ton baja produksi perseroan yang mulai bisa diserap mulai tahun tahun depan, berapa potential additional revenue buat Krakatau steel pada tahun 2019?
 
Tahun 2019 ini kan kita menargetkan itu mendekati angka US$3 miliar di 2019 ada satu fasilitas yang akan menambah sekitar satu setengah juta ton, terus juga di long product kita targetkan penambahan sekitar kurang lebih 1 juta ton, kalau kita ambil kisarannya sekitar US$600 - US$700, itu kan dikalikan tambahan 1 juta ton jadinya kan sekita Rp 10 triliun ya, yang akan memberikan penambahan di revenua KS tahun 2019
 
Berarti ada peluang Krakatau steel mulai membukukan laba bersih setelah 5 tahun terakhir membukukan rugi bersih?
 
2019 kita targetkan memang profit jadi kita punya program itu KS biru, kita ingin 2019 itu kita punya keuntungan, kita yakin itu bisa terjadi karena pemerintah akan melakukan perbaikan-perbaikan atas kebijakan yang ada.

Saya sudah bicara dengan Menteri perdagangan saya sudah bicara dengan Menteri perindustrian dan juga Menteri PUPR berkaitan dengan aturan yang ada di Indonesia ini akan diperbaiki sehingga pasar baja di Indonesia akan baik, nah ini yang lebih penting.

Yang lama memang terjadi hal yang kurang mendukung industry baja ketika dilakukan post border inspection permendag 22 tahun 2018, maksudnya disini adalah menurunkan dueling time tetapi disini jadi lobang untuk pengalihan HS number.

Artinya itu banyak masuk alloy steel padahal sebenarnya itu digunakan untuk pembangunan konstruksi yang sebenarnya itu carbon steel, jadi pengalihan HS number untuk menghindari bea masuk dan ini kerugian buat negara, terus kemudian adalah kerugian buat industri baja, nah ini yang tidak pernah diukur, karna industri itu akan sangat kurang baik buat Indonesia. 
 
Bisa anda jelaskan soal permendag 22 tahun 2018 terkait peralihan HS number?
 
Saya rasa Permendag 22 akan direvisi karena itu sangat merugikan industri baja nasional terus juga disini kita ada ketua tim penggunaan produk dalam negeri yang di ketuai oleh pak Luhut (Pandjaitan) selaku Menko Maritim ya, ini juga saya dengar akan banyak kebijakan untuk penggunaan produk dalam negeri, nah sangat baik salah satunya mendukung industri baja.

Kita 2019 itu optimis, selain terjadi pembenahan di internal KS sendiri, kita juga melakukan upaya kepada pemerintah memberikan masukan dan juga diskusi supaya ini bisa di respon positif oleh pemerintah untuk mendukung industry baja. Dan kalau kita lihat Indonesia ke depan akan mendorong pertumbuhan perekonomian setelah infrastruktur adalah industri sehingga kita perlu mengantisipasi ini.

Rusaknya industri itu tidak bisa diperbaiki dalam 1-2 atau 3 bulan, itu bisa tahunan, nah saya selaku ketua asosiasi iron and steel Indonesia juga melihat disini anggota yang sudah stop produksi atau bahkan menurun produksinya. Itu sangat memprihatinkan kita karena banyak pengimpor ini memanfaatkan loop hole daripada permendag 22 tahun 2018
 
[Gambas:Video CNBC]


Seperti apa KRAS memperbaiki kualitas sehingga mampu berkompetisi dengan baja yang berasal dari tiongkok atau China?
 
Sebenarnya kebutuhan nasional itu sekarang sekitar 18 juta ton, kita 50% tapi juga ada produk dari industry lain, kita tau ada pelaku industri lain yang juga memproduksi baja, nah kalau ditanya kualitas dibandingkan tiongkok jelas kualitas Indonesia jauh lebih baik, Cuma problem nya adalah tiongkok itu punya yang Namanya tax rebate ketika dia melakukan penjualan alloy steel.

Terus kemudian kalo kita bicara alloy steel di Indonesia itu bea masuknya 0%, nah ini yang menyebabkan banyak pengalihan HS number atau nomor untuk importasi itu ada nomornya untuk menentukan seberapa besar presentase daripada bea masuk. 

Nah ini penyimpangan dan pengelabuan HS number ini yang merugikan, secara tidak langsung terdukung dengan adanya Permendag 22. Kalau bicara mengenai kualitas kita tidak ada issue mengenai kualitas bahkan leading, yang jadi problem adalah persaingan yang tidak sehat yang dilakukan oleh pelaku pelaku yang tidak secara fair memanfaatkan lubang aturan main.

Saya lagi melakukan penataan, tentu disini melakukannya adalah dengan memberikan masukan masukan pada pemerintah, beberapa sudah merespons. Yang menjadi konsen kami itu adalah bukan hanya dalam konteks Krakatau steel tapi kontak industri baja nasional, Krakatau steel sendiri kan juga banyak melibatkan industry hilir bukan hanya sebgai produsen, tapi tetap menyalurkan kepada industri otomotif, elektronik, konstruksi, nah ini yang kita sedang jaga, jangan sampai industry hilir ini mati padahal ini adalah pasarnya Krakatau steel
 
Seperti apa kinerja tahun 2019 untuk Krakatau steel dan aksi korporasi tahun depan?
 
Tentunya disini kita ada yang pertumbuhan natural dan non natural seperti misalnya mengakuisisi, kita sedang mengkaji beberapa kemungkinan pabrik yang saat ini tidak beroperasi secara optimal, terus kemudian yang pertumbuhan organiknya itu adalah dengan kita beroperasinya blast furnace di akhir Desember 2018 sampai saat ini tidak perubahan tidak ada delay, yang sebelumnya sempet delay sekitar 4 atau 5 tahun ini. 

Sudah saya tekankan ketika kami ditunjuk untuk jadi pimpinan disini, tahun ini tidak bisa delay dan ini akan beroperasi sehingga menambha output daripada steel, bahan baku steel kita, kemudian hot strip mill yang akan beroperasi sekitar bulan April-mei menambah satu setengah juta ton, kemudian kita meningkatkan lagi dengan akuisisi kurang lebih kita targetkan akan menambah kapasitas 1 juta ton, nah ini seiring dengan arahal dari bapak presiden untuk bisa mendukung cluster 10 juta ton industri baja di cilegon.


(roy) Next Article UMKM Binaan Krakatau Steel Tembus Omzet Ratusan Juta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular