
Special Interview
Eksklusif: JK Bicara Pelemahan Rupiah Hingga Cawapres
Arys Aditya, CNBC Indonesia
09 May 2018 07:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah isu ekonomi banyak menerpa Indonesia beberapa waktu belakangan. Mulai melemahnya rupiah terhadap dolar AS, peningkatan utang hingga perang dagang.
Kepada CNBC Indonesia, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan pandangannya mengenai isu-isu tersebut, serta juga tentang Pilpres 2019 yang sudah di depan mata.
[Gambas:Video CNBC]
(ray/ray) Next Article Jusuf Kalla: Ternyata Begini Rasanya Jadi Mantan Wapres
Kepada CNBC Indonesia, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan pandangannya mengenai isu-isu tersebut, serta juga tentang Pilpres 2019 yang sudah di depan mata.
[Gambas:Video CNBC]
Berikut petikan wawancara khusus CNBC Indonesia dengan JK.
Bagaimana Anda melihat perang dagang AS vs China? Ada di mana posisi RI?
Teori ekonomi harus ditulis ulang. Yang terjadi di dunia ini, yang mbah-nya kapitalis, AS, proteksionis. Negara yang sosialis, China, malah minta liberal. Jadi teori ekonomi harus ditulis ulang.
Tapi seperti Anda tahu, ya apa yang dibuat Trump itu untuk menaikkan bea masuk, dan lain-lain, dinasehati oleh 1.000 ekonom. Kalau Anda buat itu AS akan sulit sendiri. Jadi memang tipikal Trump yang ngomong kencang, setelah itu batal. Seperti keluar dari TPP [Trans Pacific Partnership], sekarang bilang mau masuk lagi. Sekarang tembok Meksiko, sekarang gak jadi-jadi. Itu bisa menimbulkan pemerintahnya setop.
Proteksionisme ini kan melindungi negara masing-masing tapi justru membuat masalah besar. Karena yang berperang itu negara ekonomi terbesar pertama dan kedua.
Posisi ekonomi kita kalau AS - China ekonomi turun, mengurangi permintaan, maka ekspor kita akan turun. Dan juga ekonomi global akan kacau. Ini menimbulkan masalah dunia seperti yang dibilang 1.000 ekonom tadi. Ini sudah ada pelajaran tahun 1930-an kan.
Perang dagang dan arus proteksionisme terus berlangsung di dunia? Bahkan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) kita juga terkena isu pelarangan dari Uni Eropa. Bagaimana menurut Anda?
Posisi kita sangat kuat. Nah tadi saya berbicara dengan seorang dubes dan minggu ini juga 8-9 orang Parlemen Eropa akan datang melihat. Kita kan punya isu begini, jangan mulai menghalangi perdagangan kita. Kalau Anda menghalangi perdagangan kita, maka kita nanti kekurangan penghasilan untuk membeli barang Anda. Sehingga apalagi, CPO.
CPO ini kita ada 15 juta ha, yang bekerja di sana langsung dan tidak langsung ada 2 orang per ha, maka ada yang bekerja di lapangan itu 30 juta orang. Dan CPO itu 50% itu pengusaha kecil. Plasmanya itu. Jadi ini yang pertama akan jatuh, itu yang Anda lakukan akan menambah kemiskinan. Kalau miskin, maka tingkat konsumsi Indonesia akan turun dan tidak naik-naik tidak membeli barang Anda.
Contohnya Airbus. Indonesia termasuk pembeli terbesar Airbus. Lion saja beli 200. Garuda berapa. Dan lain-lain.
Respons mereka sangat meminta kita bersama-sama mencari jalan keluar yang terbaik. Jadi jangan perang dagang.
Saya bilang, kalau 30 juta ini jatuh miskin, tidak bisa beli pesawat terbang. Tidak beli apa-apa. Kita bukannya mengajak perang, tapi kita tidak punya uang untuk beli. Kalau ada ini, otomatis kita tidak beli. Bukan karena kita marah, tapi karena tidak punya uang produk Anda.
Mengenai belanja bantuan sosial yang dilakukan pemerintah? Ada yang menyebut Pemerintah banyak memberikan bansos jelang tahun politik?
Semua pemerintah menjalankan sistem itu dalam berbagai nama. Di jaman saya dulu [sewaktu menjadi wakil presiden era Susilo Bambang Yudhoyono], BLT itu dipakai untuk menyubsidi masyarakat yang terkena dampak kenaikan BBM yang kita buat. Jadi dikasih BLT. Sekarang kita, Jokowi-JK, itu dengan segala macam kartu. Itu sebenarnya sama kita berikan. Kalau dulu cash, sekarang noncash. Bedanya cuma itu. Ini tidak kondisional karena kartu diberikan duluan. Kondisional itu kalau anak sekolah baru diberikan, atau kesehatan.
Prinsipnya, efeknya sama dengan BLT atau berbagai istilah itu. Sekarang semua orang berpikir noncash, supaya tepat sasaran, supaya efisien, mudah administrasinya, supaya tidak konsumtif. Kalau cash dia bisa beli rokok. Kalau noncash dia benar-benar terfokus untuk misal, kesehatan, atau pendidikan. Tapi pada dasarnya adalah orang yang tidak mampu yang menerima. Ada tambahan bagi mereka.
Pemerintahan Jokowi-JK sudah 3 tahun, bagaimana? Apa capaian dan kekurangannya?
Suatu negara tidak bisa bicara 3-5 tahun, harus bicara keseluruhan. Karena apa yang diresmikan tahun pertama itu masih inisiatif pemerintah sebelumnya. Selalu pemerintahan itu bersambung.
Kalau kita bicara pencapaian, coba lihat infrastruktur kan butuh partisipasi swasta. Anggaran negara Rp 2.000 triliun, untuk belanja modal paling 18%, ya di atas Rp 300 triliun, jadi investasi swasta sangat. Tapi jalan kok, jembatan, jalan, airport, dengan cara sendiri atau bersama swasta.
Yang perlu Anda lihat adalah apa yang kita resmikan nanti, tahun ketiga-keempat. Iya, banyak. Karena apa yang dimulai tahun pertama itu akan ketahuan tahun ketiga dan keempat. Selalu proyek itu multiyears, jalan tol, pelabuhan, dan lain-lain. Selain itu kita ingin menstabilkan pangan, pertanian.
Jadi memang pertumbuhan ekonomi itu bukan hanya dari pemerintah, tapi misalnya tahun lalu, harga komoditas turun. Sekarang harga mulai naik, uang pajak naik. Pajaknya naik.
Apakah ini menjadi alasan kalau utang pemerintah naik? Isu utang juga tengah ramai di masyarakat...
Utang itu tidak masalah selama dipakai untuk kegiatan produktif, belanja modal. Semua negara, sama dengan perusahaan, kalau mau berkembang, ya pakai utang. Walaupun perusahaannya besar, kalau ingin lebih besar lagi, ya tetap pakai utang. Tetapi utang ini kan dipakai untuk hal yang berkualitas. Kita tidak boleh utang, tapi mereka tidak ingin harga BBM tidak naik, harga transportasi tidak naik, listrik tidak naik, bagaimana caranya?
Kalau kita tidak naikkan listrik, BBM, gas, maka anggaran pemerintah akan defisit. Pasti. Karena itu defisit, supaya anggaran pembangunan tetap jalan, maka kita berutang. Bisa saja kita kurangi utang, tapi secara bersamaan subsidi juga berkurang. Mereka marah juga kalau subsidi dikurangi. Maka pemerintah berutang.
Bagaimana Anda menyikapi angka pertumbuhan Indonesia?
Kuartal kemarin dan kuartal I/2018 ini ekonomi kita itu pertumbuhannya sekitar 5% koma. Karena pengaruh luar dan dalam. Selalu dua hal ini. Kita berada di tengah, di setinggi Vietnam yang 6%-6,5%, tetapi di bawah. Kita nomor 5. Nah itu, kita harus berusaha. Ada baik-buruknya. Bisa naik. Kalau di atas benar tidak bisa naik lagi.
Bagaimana Anda melihat Pilpres 2019?
Memang aneh Pilpres 2019 ini, orang tidak ribut soal capres tapi cawapresnya. Kalau capres kan memang sudah kelihatan Jokowi dan Prabowo.
Jadi siapapun wakil Jokowi dan Prabowo, harus mampu memberikan tambahan suara. Cawapres ini bisa menentukan siapa yang menang nantinya.
Coba lihat Pak Habibie, kemudian ada Bu Mega. Itu kan wakil presiden yang kemudian jadi presiden karena ada kejadian. Coba kalau keduanya tidak berkualitas presiden, wah bisa kasihan negara ini.
Bagaimana Anda melihat perang dagang AS vs China? Ada di mana posisi RI?
Teori ekonomi harus ditulis ulang. Yang terjadi di dunia ini, yang mbah-nya kapitalis, AS, proteksionis. Negara yang sosialis, China, malah minta liberal. Jadi teori ekonomi harus ditulis ulang.
Tapi seperti Anda tahu, ya apa yang dibuat Trump itu untuk menaikkan bea masuk, dan lain-lain, dinasehati oleh 1.000 ekonom. Kalau Anda buat itu AS akan sulit sendiri. Jadi memang tipikal Trump yang ngomong kencang, setelah itu batal. Seperti keluar dari TPP [Trans Pacific Partnership], sekarang bilang mau masuk lagi. Sekarang tembok Meksiko, sekarang gak jadi-jadi. Itu bisa menimbulkan pemerintahnya setop.
Proteksionisme ini kan melindungi negara masing-masing tapi justru membuat masalah besar. Karena yang berperang itu negara ekonomi terbesar pertama dan kedua.
Posisi ekonomi kita kalau AS - China ekonomi turun, mengurangi permintaan, maka ekspor kita akan turun. Dan juga ekonomi global akan kacau. Ini menimbulkan masalah dunia seperti yang dibilang 1.000 ekonom tadi. Ini sudah ada pelajaran tahun 1930-an kan.
Perang dagang dan arus proteksionisme terus berlangsung di dunia? Bahkan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) kita juga terkena isu pelarangan dari Uni Eropa. Bagaimana menurut Anda?
Posisi kita sangat kuat. Nah tadi saya berbicara dengan seorang dubes dan minggu ini juga 8-9 orang Parlemen Eropa akan datang melihat. Kita kan punya isu begini, jangan mulai menghalangi perdagangan kita. Kalau Anda menghalangi perdagangan kita, maka kita nanti kekurangan penghasilan untuk membeli barang Anda. Sehingga apalagi, CPO.
CPO ini kita ada 15 juta ha, yang bekerja di sana langsung dan tidak langsung ada 2 orang per ha, maka ada yang bekerja di lapangan itu 30 juta orang. Dan CPO itu 50% itu pengusaha kecil. Plasmanya itu. Jadi ini yang pertama akan jatuh, itu yang Anda lakukan akan menambah kemiskinan. Kalau miskin, maka tingkat konsumsi Indonesia akan turun dan tidak naik-naik tidak membeli barang Anda.
Contohnya Airbus. Indonesia termasuk pembeli terbesar Airbus. Lion saja beli 200. Garuda berapa. Dan lain-lain.
Respons mereka sangat meminta kita bersama-sama mencari jalan keluar yang terbaik. Jadi jangan perang dagang.
Saya bilang, kalau 30 juta ini jatuh miskin, tidak bisa beli pesawat terbang. Tidak beli apa-apa. Kita bukannya mengajak perang, tapi kita tidak punya uang untuk beli. Kalau ada ini, otomatis kita tidak beli. Bukan karena kita marah, tapi karena tidak punya uang produk Anda.
Mengenai belanja bantuan sosial yang dilakukan pemerintah? Ada yang menyebut Pemerintah banyak memberikan bansos jelang tahun politik?
Semua pemerintah menjalankan sistem itu dalam berbagai nama. Di jaman saya dulu [sewaktu menjadi wakil presiden era Susilo Bambang Yudhoyono], BLT itu dipakai untuk menyubsidi masyarakat yang terkena dampak kenaikan BBM yang kita buat. Jadi dikasih BLT. Sekarang kita, Jokowi-JK, itu dengan segala macam kartu. Itu sebenarnya sama kita berikan. Kalau dulu cash, sekarang noncash. Bedanya cuma itu. Ini tidak kondisional karena kartu diberikan duluan. Kondisional itu kalau anak sekolah baru diberikan, atau kesehatan.
Prinsipnya, efeknya sama dengan BLT atau berbagai istilah itu. Sekarang semua orang berpikir noncash, supaya tepat sasaran, supaya efisien, mudah administrasinya, supaya tidak konsumtif. Kalau cash dia bisa beli rokok. Kalau noncash dia benar-benar terfokus untuk misal, kesehatan, atau pendidikan. Tapi pada dasarnya adalah orang yang tidak mampu yang menerima. Ada tambahan bagi mereka.
Pemerintahan Jokowi-JK sudah 3 tahun, bagaimana? Apa capaian dan kekurangannya?
Suatu negara tidak bisa bicara 3-5 tahun, harus bicara keseluruhan. Karena apa yang diresmikan tahun pertama itu masih inisiatif pemerintah sebelumnya. Selalu pemerintahan itu bersambung.
Kalau kita bicara pencapaian, coba lihat infrastruktur kan butuh partisipasi swasta. Anggaran negara Rp 2.000 triliun, untuk belanja modal paling 18%, ya di atas Rp 300 triliun, jadi investasi swasta sangat. Tapi jalan kok, jembatan, jalan, airport, dengan cara sendiri atau bersama swasta.
Yang perlu Anda lihat adalah apa yang kita resmikan nanti, tahun ketiga-keempat. Iya, banyak. Karena apa yang dimulai tahun pertama itu akan ketahuan tahun ketiga dan keempat. Selalu proyek itu multiyears, jalan tol, pelabuhan, dan lain-lain. Selain itu kita ingin menstabilkan pangan, pertanian.
Jadi memang pertumbuhan ekonomi itu bukan hanya dari pemerintah, tapi misalnya tahun lalu, harga komoditas turun. Sekarang harga mulai naik, uang pajak naik. Pajaknya naik.
Apakah ini menjadi alasan kalau utang pemerintah naik? Isu utang juga tengah ramai di masyarakat...
Utang itu tidak masalah selama dipakai untuk kegiatan produktif, belanja modal. Semua negara, sama dengan perusahaan, kalau mau berkembang, ya pakai utang. Walaupun perusahaannya besar, kalau ingin lebih besar lagi, ya tetap pakai utang. Tetapi utang ini kan dipakai untuk hal yang berkualitas. Kita tidak boleh utang, tapi mereka tidak ingin harga BBM tidak naik, harga transportasi tidak naik, listrik tidak naik, bagaimana caranya?
Kalau kita tidak naikkan listrik, BBM, gas, maka anggaran pemerintah akan defisit. Pasti. Karena itu defisit, supaya anggaran pembangunan tetap jalan, maka kita berutang. Bisa saja kita kurangi utang, tapi secara bersamaan subsidi juga berkurang. Mereka marah juga kalau subsidi dikurangi. Maka pemerintah berutang.
Bagaimana Anda menyikapi angka pertumbuhan Indonesia?
Kuartal kemarin dan kuartal I/2018 ini ekonomi kita itu pertumbuhannya sekitar 5% koma. Karena pengaruh luar dan dalam. Selalu dua hal ini. Kita berada di tengah, di setinggi Vietnam yang 6%-6,5%, tetapi di bawah. Kita nomor 5. Nah itu, kita harus berusaha. Ada baik-buruknya. Bisa naik. Kalau di atas benar tidak bisa naik lagi.
Bagaimana Anda melihat Pilpres 2019?
Memang aneh Pilpres 2019 ini, orang tidak ribut soal capres tapi cawapresnya. Kalau capres kan memang sudah kelihatan Jokowi dan Prabowo.
Jadi siapapun wakil Jokowi dan Prabowo, harus mampu memberikan tambahan suara. Cawapres ini bisa menentukan siapa yang menang nantinya.
Coba lihat Pak Habibie, kemudian ada Bu Mega. Itu kan wakil presiden yang kemudian jadi presiden karena ada kejadian. Coba kalau keduanya tidak berkualitas presiden, wah bisa kasihan negara ini.
(ray/ray) Next Article Jusuf Kalla: Ternyata Begini Rasanya Jadi Mantan Wapres
Most Popular